Kisah Ibu Tunanetra Tiga Kali Naik Haji: Ada Perasaan Nikmat

Selasa, 09 Agustus 2016 – 06:01 WIB
Ibu Musdalifah di asrama haji Sudiang, Makassar, Senin, 8 Agustus. Foto: Nurhadi/Fajar/JPNN.com

jpnn.com - SENIN pagi, 8 Agustus, Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulsel, mulai ramai dengan kehadiran calon jemaah haji (CJH). Seorang perempuan paruh baya baru saja masuk ke aula penerimaan jemaah. 

MUHAMMAD NURSAM - Sudiang

BACA JUGA: Ada Hal Magis di Pulau Uluwatu, Dari Kecelakaan, Barang Hilang Sampai Mimpi Seram

Mengenakan hijab yang cukup panjang. Kacamata bening bertengger di antara kening dan hidungnya.    Sebuah tongkat dipegangnya untuk berjalan. Melihat itu, tiga orang Polwan lantas mendekati dan membantunya berjalan masuk. 

Mereka lantas disusul oleh tiga orang jemaah lainnya yang ternyata adalah keluarga perempuan paruh baya tadi.

BACA JUGA: Khawatir Bisnis Prostitusi Sambut Tenaga Kerja Asal Tiongkok

Musdalifah (66), nama perempuan itu. Matanya ternyata tidak lagi berfungsi alias mengalami kebutaan. Matanya bermasalah sejak usia 49 tahun. Tepatnya sejak 1999 silam. "Tahun 1999 mata saya bermasalah karena penyakit glaukoma," katanya.

Ke Tanah Suci, dia bersama suaminya, Asri Asten. Juga dua anaknya, Asmulianto dan Asmuliani. Tiga anaknya yang lain masih di Makassar. Tahun ini sudah ketiga kalinya Musdalifah naik haji. 

BACA JUGA: Rencana Yuni atas Bonus Rp 2 Miliar plus Rp 15 Juta per Bulan

"Pertama naik haji tahun 1993. Saat itu mata saya masih normal," kisahnya.

Naik haji yang kedua pada 2001 silam. Saat itu dia sudah tidak lagi melihat dunia ini dengan mata yang normal. Musdalifah merupakan pensiunan penitipan anak di bawah naungan Dinas Sosial Pemprov Sulsel. Pensiun pada 2006.

Saat pertama naik haji, dia memang sendirian. Pada 2001, dia naik haji didampingi oleh suaminya. Tahun ini, dia bersyukur bisa berhaji bersama suami dan dua anaknya. Meskipun dia harus menunggu selama tujuh tahun. 

"Kami mendaftar haji sejak tahun 2009. Alhamdulillah tahun ini sudah bisa berangkat," katanya.

Naik haji kali ini dia niatkan untuk menghajikan almarhum ayahnya, Aruna Teggang, yang meninggal tahun 1985.

Meski matanya bermasalah dan tak lagi bisa melihat kakbah, selalu ada hal yang membuatnya rindu dengan Tanah Suci. "Setiap naik haji ada kerinduan yang luar biasa ke Kabah. Seandainya bisa pergi setiap tahun tentu saya saya ke sana. Ada perasaan nikmat," katanya. 

Kalau orang mengeluarkan harta di jalan yang tidak jelas, kata dia, akan cepat habis. "Tapi kalau untuk jalan Allah, akan selalu bertambah," sebutnya lagi.

Kini, Musdalifah telah dikaruniai 14 cucu dari lima anaknya yang telah berkeluarga. Sayangnya, tak satu pun cucu-cucu itu pernah dilihat wajahnya. Meski begitu dia bisa mengenal cucunya jika sudah ada di dekatnya. (*/zuk/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengharukan, Warga Dayak dan Madura Menangis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler