Kisah Lukisan di Ruangan Bung Karno yang Tak Pernah Bergeser dari Tempatnya

Selasa, 24 November 2015 – 09:01 WIB
Pilar-pilar Istana Negara, tampak dari belakang. Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

jpnn.com - HUBUNGAN mantan presiden RI Soekarno dan Soeharto, pernah terkoyak puluhan tahun silam. Terutama ketika, Soeharto meminta Bung Karno dan keluarganya hengkang dari kompleks Istana Merdeka sebelum 16 Agustus 1967. Saat itu, ia masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era kepemimpinan Bung Karno. Nah, ternyata ada cerita unik setelah peristiwa itu...

Natalia F Laurens, Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Menangis Meraung-raung, Bersimpuh di Teras Mapolres, Malah Ditertawakan

Setelah pengusiran yang dilakukannya terhadap keluarga presiden pertama itu, ternyata Soeharto tidak pernah benar-benar menempati Istana yang menjadi rumah Bung Karno selama bertahun-tahun. 

Di Istana Merdeka, ia tidak memanfaatkan ruang kerja Bung Karno. Bahkan, tidak sedetik pun, pria asal Bantul, Yogyakarta itu duduk di meja kerja Bung Karno.

BACA JUGA: Ugir, Mahasiswa Peternak Jangkrik, Omzet Rp 16 Juta per Bulan

"Pak Harto tidak pernah duduk di kursi kerja, selalu di kursi tamunya di ruang kerja Bung Karno. Misalnya, ketika menerima tamu atau harus tanda tangan surat-surat ya, kalau pun di Istana Merdeka, Pak Harto tidak pernah duduk di meja dan kursi kerjanya," ujar Kepala Biro Pengelolaan Istana, Wahyuni Saptantinah kepada JPNN.

Wanita yang akrab disapa Ade itu mengatakan, Soeharto membiarkan kondisi ruang kerja Soekarno dalam kondisi asli. Jangankan kursi kerja, lukisan di ruangan Bung Karno pun tak pernah bergeser dari tempatnya. Jika ada salah satu barang di ruangan itu yang rusak, Soeharto akan meminta petugas memperbaikinya. Tapi dengan pesan, jangan sampai ada yang bergeser dari posisi sebelumnya.

BACA JUGA: Sensasi Bermalam di Pulau Sadau, Misteri Makam tak Tergerus Ombak

"Kalau ada yang rusak, kami betulkan. Tapi bapak pesan, kembalikan ke tempatnya. Jadi ruang kerja Bung Karno tetap seperti itu. Hanya ganti meja, karena sudah rusak," papar Ade.

Ade mengaku, tidak tahu alasan pasti mengapa sang presiden yang terkenal dingin itu masih mempertahankan keaslian ruang kerja Bung Karno. Semua petugas hanya mematuhi perintah Soeharto untuk menjaga ruangan itu. 

"Mungkin Pak Harto menghargai Bung Karno dan tidak mau mengubah apa pun yang sudah dipakai," katanya.

Soeharto memilih ruang kerja baru di Gedung Bina Graha yang berada di samping Istana Negara. Itu terbilang gedung biasa, tak semewah Istana. Di gedung itu, Soeharto melewatkan setengah hari kerjanya sampai jam 12 siang. Itu dilakukannya terus sampai menyelesaikan masa jabatannya. Soeharto hanya sesekali menggunakan Istana Negara dan Istana Merdeka, jika ada acara tertentu. 

Ruang tamu negara di Istana Merdeka. Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN.com

Dia juga memilih tinggal di kediamannya, Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat. "Kalau ruang kerja Pak Harto di Bina Graha saya kurang tahu karena saya jarang ke sana. Waktu itu posisi saya masih staf, jadi aksesnya tidak ada," sambung Ade.

Presiden berikutnya sebagian mengikuti langkah Soeharto. BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur juga memilih ruang kerja di Bina Graha. Hanya saja, Gus Dur tinggal di Istana Merdeka, sedangkan Habibie di kediaman pribadi.

Sedangkan, Megawati Soekarnoputri memilih berkantor di Istana Negara. Ia merasa kurang nyaman di Bina Graha yang berada persis di tepi Jalan Veteran III. 

Sementara Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo termasuk yang fleksibel. Keduanya memakai kantor presiden, yang terletak di antara Istana Negara dan Istana Merdeka. Sesekali di acara tertentu, keduanya baru memanfaatkan dua gedung istana. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Kapuas Hulu, Ringgit Lebih Laku daripada Rupiah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler