Kisah Mahasiswi Nikah Siri dengan Kakak Tingkat

Selasa, 07 Februari 2017 – 00:07 WIB
Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com - jpnn.com - Suasana kantin Pengadilan Agama (PA) Klas II A Bontang, Kaltim, siang itu, terasa sangat berbeda dari biasanya. Hanya beberapa orang yang terlihat duduk di sana.

Seorang lelaki dan perempuan, terlihat akur dan berbincang penuh kegembiraan. Tergambar dari tawa lepas dan senyum bahagia.

BACA JUGA: Curhat si Putri Dipaksa Nikah Siri dengan Oknum Polisi

Keduanya, sebut saja namanya Tejo (27) dan Surti (24), ternyata pasangan suami istri yang menikah siri. Siang itu, mereka berniat berkonsultasi mengajukan isbat nikah.

Kisah mereka hampir empat tahun. Keduanya menyembunyikan pernikahan dari orangtua. Selama itu, mereka merasa bahagia.

BACA JUGA: Ealah... Perceraian Marak, Janda Bertambah Banyak

Tejo menyadari, tak mudah bagi keluarga besar Surti menerimanya. Bahkan, secara terang-terangan, orangtua Surti pernah mengusir Tejo ketika bertandang ke Sangatta.

“Waktu itu, saya dan Surti kuliah di kampus yang sama. Alasan ke Sangatta main, eh tapi saya diusir dan disuruh pulang,” jelas Tejo belum lama ini.

BACA JUGA: Machica Mochtar setelah Cerai dari Moerdiono

Sejak itu, keluarga mengingatkan untuk tidak dekat dengan Surti, apalagi menikahinya.

Sebab, perbedaan agama kedua keluarga menjadi penghalang. Bahkan, Surti sempat ingin dijodohkan oleh keluarganya.

Sebenarnya, Surti sempat merasa pasrah atas hubungan yang tak direstui itu. Dia mencoba mengenal lelaki yang ingin dijodohkan dengannnya.

Namun bukannya semakin tertarik. Surti malah merasa semakin tidak sreg. Pasalnya, lelaki itu suka mabuk-mabukan.

“Mengenal dia (Tejo) memberi gambaran lain tentang laki-laki idaman,” ungkapnya sambil mendekap erat lengan Tejo.

Surti juga bersikeras mengaku mencintai Tejo yang merupakan kakak tingkatnya saat kuliah di Samarinda.

Singkat cerita, empat tahun yang lalu mereka memutuskan untuk menikah. Saat itu, Surti meminta Tejo menikahinya. Surti pun menjadi seorang mualaf.

“Saya sebenarnya takut dan tak mau, apalagi keluarganya menentang. Dia wanita nekat dan maksa terus. Akhirnya saya nikah siri dengan saksi keluarga. Dengan syarat dia ikut saya,” ungkap Tejo sambil tersenyum ramah.

Setiap Natal tiba atau kedua orangtuanya telepon, Surti tetap pulang. Apalagi kondisi fisik orangtuanya mulai menurun. Sementara Tejo, sudah bekerja di perusahaan BUMN ternama di Kota Taman.

“Saya ingin ajukan isbat nikah, agar orangtua dan keluarga semua tahu bahwa benar, kami selama ini sudah menikah. Nanti saya tunjukkan surat nikahnya sama orangtua,” ungkap Tejo.

Mereka berencana memiliki momongan. “Kalau isbat nikah kami disetujui, saya mau lepas KB. Bikin gendut,” ujar Surti sambil membenarkan letak jilbabnya.

Sampai saat ini, baik Tejo dan Surti tak pernah mengungkapkan pernikahannya kepada orangtua Surti.

“Alhamdulillah, kerja saya juga sudah baik, sudah saatnya pernikahan ini saya sahkan. Saya sangat mencintai dia,” imbuh Tejo. (*/and/ica/k11)

 


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler