Kisah Miris Mantan Paskibra yang Jadi Pengedar Narkoba

Jumat, 11 November 2016 – 23:51 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - SAMPIT - Keceriaan terus terpancar di wajah Ayu Wulandari. Tak sedikit pun mimik tegang atau takut di wajah janda beranak dua itu.

Dia terus menunjukkan senyum manis dari balik sel Pengadilan Negeri (PN) Sampit.

BACA JUGA: Duh, Bu Wali Kota Pergoki Pasangan Indehoi di Indekos

Ayu tak terlihat tegang meski akan menghadapi sidang perdana sejak penahanan 10 September 2016 lalu.

Kepada Rakyat Sampit, mantan anggota Paskibra Kabupaten Seruyan tahun 2015 ini bercerita panjang lebar.

BACA JUGA: Tolong..Program ini Bikin Jumlah Dokter di Puskesmas Tidak Memadai

Khususnya awal mula tertarik menjadi pengedar zenith.

“Awalnya hanya ikut-ikutan, apalagi untung yang menggiurkan. Pertama kalinya saat bercerai dengan suami,” kata Ayu.

BACA JUGA: Sereeemm! Ditemukan Mayat Tanpa Kepala, Kaki Terpisah

Penyesalan menjadi penghuni penjara juga tak terlihat jelas di wajah warga Jalan Diponegoro, Kuala Pembuang, Seruyan tersebut.

Dia justru bergaya layaknya model saat gambarnya hendak diabadikan awak media.

Menurut pengakuan Ayu, pertama kali menjadi pengedar pil koplo (sebutan obat daftar G) bermula dari ajakan teman.

“Setelah teman saya itu menikah, maka saya yang melanjutkan bisnisnya. Saya ambil barang dari Sampit,” ujarnya Ayu.

Sekali mengambil barang (zenith), Ayu mengaku mendapat pasokan barang 65 boks.

Hanya saja saat tertangkap di Pasar Kuala Pembuang, cuma ada lima boks.

“Yang lainnya sudah habis saya jual. Saya harus kerja seperti ini demi menghidupi kedua anak saya, karena sudah cerai dengan suami,” kata Ayu.

Saat ini, status Ayu sudah menjadi terdakwa. Hal itu tidak terlepas dari akibat tergiur keuntungan menjual zenith.

Satu boks zenith ia beli seharga Rp 220 ribu. Barang haram itu lantas dijual Rp 00 ribu per boks.

“Hasilnya tetap untuk membeli kebutuhan anak. Selebihnya modal untuk bayar barang. Karena saya tidak punya modal makanya harus ngutang dulu,” ungkap Ayu.

Setelah Ayu ditahan, kedua anaknya terpaksa dirawat oleh orang tuanya.

“Anak saya masih kecil-kecil. Yang pertama tujuh tahun dan kedua baru dua tahun,” ucap Ayu menahan rindu kepada buah hatinya. (ang/fab)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Imigrasi Surabaya Pusing, Warga Afghanistan Suka Sayat Tangan Sendiri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler