Kisah Mualaf Pemain Terbaik di Liga Santri

Sabtu, 12 Desember 2015 – 15:48 WIB
Richard Rahmad bersama piala pemain terbak/ Sutikno for JPNN

jpnn.com - Isu pemain terbaik Liga Santri, Richard Rahmad yang disebut bukanlah muslim mengemuka. Bagaimana kebenarannya? 

Muhammad Amjad, Jakarta

BACA JUGA: Ada Nasi Goreng Keramat, Ada Nasi Goreng Setengah Bola

Satu gol diciptakan Richard Rahmad dalam partai final Liga Santri Nusantara (LSN) 2015 pada menit ke-58, gol tersebut sempat membuat timnya Nurul Islam (Nuris) unggul 2-1. Sebelum akhirnya lawan menyamakan dan laga berlanjut ke babak adu penalti dak skor berakhir 7-6, Nuris juara.

Gelar pemain terbaik pun datang kepada pemain yang memiliki nama asli Richard Arbed Anderson, gelandang Ponpes Nuris tersebut mendapatkan predikat tersebut setelah tampil konsisten, menciptakan banyak assist dan menjadi ruh permainan tim.

BACA JUGA: Apakah Anda Puas dengan Pelayanan Kami? tanya Nunei

Sayang, setelah gelaran usai, kabar tidak sedap muncul. Richard, diisukan sebagai pemain non muslim, yang memperkuat tim Liga Santri Nuris alias pemain bon-bonan.

Ternyata, isu yang dilontarkan segelintir kelompok yang tak senang dengan gelaran Liga Santri Nusantara, tak terbukti kebenarannya. Kepada JPNN, ayah Richard, Sutikno saat dihubungi Jumat (11/12) malam, menjelaskan bahwa anaknya tak seperti yang dibicarakan banyak orang.

BACA JUGA: Ketika Pak JK Rindu Nasi Ulam di Atas Pesawat

"Saya akui, kalau saya memang Kristen. Tapi anak saya sudah mualaf. Dia sudah mantap menyatakan keislamannya Juli lalu," katanya.

Sutikno sebenarnya cukup terkejut karena masalah rasisme ini sempat dilontarkan. Karena itu, dia kemudian berusaha keras agar anaknya, tak menyentuh media sosial sementara ini.

"Biar cukup saya yang tahu, saya tidak mau psikologisnya terganggu, dia baru menjalani keyakinannya, baru merasakan kerja kerasnya berlatih sepak bola, kenapa ada omongan yang menyakitkan seperti ini," tandasnya.

Lelaki 52 tahun tersebut kemudian menceritakan kisah hidup putranya. Sejak kecil, Richard kristen mengikuti keyakinannya. Sekolahnya pun di SD kristen. 

Memasuki SMP, Richard disekolahkan di SMP katholik di Jember. SMA pun demikian di sekolah katholik. ''Jadi mulai kecil terbiasa di sekolah yang tidak harus sama agamanya,''

Sejatinya, menurut Sutikno buah hatinya tersebut telah menyatakan ingin menjadi mualaf sejak 2013 lalu. Saat ini dia sudah berlatih bersama SSB Nuris yang kebetulan pelatihnya adalah Sutikno. 

Namun, dia meminta sang anak tak terburu-buru. Ketika itu dia khawatir anaknya hanya terpengaruh saja sehingga ingin pindah agama. Tapi ternyata, setelah masuk SMA dia kemudian memantapkan hati untuk menjadi mualaf. 

Berundinglah Sutikno dengan sang istri, Siane. Karena menganggap anak sudah dewas, dia tidak mau menghalangi kepercayaan anaknya. Juli lalu, Richard sudah menjadi muslim. Secara legal, pada Agustus lalu perubahan agamanya diakui negara.

Sutikno bahkan diminta menandatangani surat tidak keberatan anaknya berpindah agama. Dia kaget kenapa permasalahan anaknya yang dianggap non muslim ikut Liga Santri mengemuka setelah event selesai. Jik memang bermasalah, maka seharusnya sejak verifikasi anaknya tidak bisa lagi ikut Liga Santri. 

''Tapi anak saya lolos verifikasi. Tidak ada yang salah dengan dia. Kalau pun dia non muslim, apakah salah dia bermain sepakbola dan mengikuti Liga Santri. Toh, di regulasi juga dijelaskan soal itu.''

Dari penuturan ayahnya, gelandang Nuris tersebut dari kecil memang getol berlatih sepak bola. Dia pernah mendapatkan beasiswa SSI Arsenal di Surabaya pada 2012 lalu selama setahun. Tapi karena jarak yang jauh dari Jember ke Surabaya, Richard pun kembali ke SSB Niagara dan berlatih pula dengan SSB Nuris.

Sembari berlatih sepakbola dan sekolah di SMA katholik Santo Paulus Jember, Richard juga nyantri di Ponpes Nuris. Dia mengaji setiap Senin, Kamis, dan Sabtu. 

''Jangan toleransi hilang gara-gara ada masalah suka dan tidak suka. Sepak bola itu kan menolak rasisme.'' tandas pria asal Ambulu, Jember tersebut. (dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menikmati Subway dan Railway High Speed di Beijing


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler