Kisah Orang Kaya Baru di Jimbaran, Bali, yang Kembali Miskin

Setiap Hari Judi, Gemar Main Perempuan, lalu Bangkrut

Jumat, 12 Agustus 2011 – 03:03 WIB

Di Bali, proses jual beli tanah untuk pendirian hotel-hotel berbintang menyisakan kisah menarikJual beli tanah yang terjadi puluhan tahun lalu itu melahirkan sejumlah OKB (orang kaya baru)

BACA JUGA: Cerita-Cerita Tentangga tentang Keluarga Nazaruddin

Tapi, mereka yang dulu kaya raya itu kini kembali miskin


YOYO RAHARYO, Badung

UMUR Wayan Balut tak lagi muda: 67 tahun

BACA JUGA: Prof Hembing Layani Ratusan Pasien Sehari sebelum Meninggal Mendadak

Tapi, dia masih tampak energik
Sehari-hari warga Lingkungan Teba, Desa Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, itu bekerja serabutan

BACA JUGA: Kisah Darsem, si TKI Lolos Pancung, setelah Dapat Sumbangan Miliaran Rupiah


   
Dia tinggal bersama dua istri di rumahnya yang sangat sederhana"Untung, anak-anak saya sudah bekerja semuaMereka sudah punya kehidupan sendiri-sendiri," kata bapak enam anak itu

Kedua mata Balut menerawang ketika ditanya tentang perjalanan hidupnya puluhan tahun laluBalut adalah salah seorang OKB (orang kaya baru) karena tanahnya dibeli investor yang membangun hotel di Desa Jimbaran
   
"Saya dulu petani garamSekitar 1978 tanah saya dibeli untuk hotel dan pembangunan kampus Universitas UdayanaLokasi tanah saya ada di Bukit Jimbaran," ceritanyaBalut mengaku, luas tanah yang dijual pada saat itu berhektare-hektare.
   
Balut mengatakan, saat itu harga tanah per are sekitar Rp 100 ribu (1 are = 100 meter persegi)Dari hasil menjual tanahnya, Balut menerima uang puluhan juta rupiahKala itu cukup populer istilah pis jamrudYakni, uang yang datang dari hasil menjual tanah"Uang segitu pada 1978 termasuk besar," ujarnya

Oleh Balut, uang tersebut dipakai untuk berbagai macamDi antaranya biaya upacara keagamaan seperti ngaben, memperbaiki sanggah (tempat untuk memuja nenek moyang, Red), berbisnis, hingga berfoya-foya meski sedikit.

"Sedikit saya pakai foya-foyaKarena judi kurang bisaMain perempuan sedikit," katanya berterus terang, seraya minta agar wajahnya tak diabadikan.

itu Balut tak lagi menjadi petani garamDia membeli satu unit truk dan mencoba berbisnis kapur gamping yang saat itu biasa digunakan sebagai pengganti semenBahkan, dia memiliki beberapa buruh.

"Saya mencoba bisnis, tapi pengelolaannya kurang profesionalAkhirnya usaha saya bangkrut," terang Balut.  Kini cerita pernah kaya Balut itu tinggal kenangan
   
Bekas OKB lain yang dihubungi Radar Bali (JPNN Group) adalah Made WardiSehari-hari pria 50 tahun itu adalah tukang sapu di desanya yang digaji Pemkab Badung sebagai tenaga harian lepas

"Ya, seperti inilah kehidupan saya sekarang," kata Wardi di rumahnya di Jalan Ulunsiwi, Banjar Teba, Desa Jimbaran, Selasa lalu (9/8)Sebelum menjadi tukang sapu, berbagai pekerjaan kasar pernah dia lakoni"Jadi, nelayan pernah, buruh proyek juga pernah," katanya

Kehidupan Wardi sekarang sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan puluhan tahun lalu ketika menjadi OKBSaat itu dia kecipratan berkah dari penjualan tanah milik ayahnya, almarhum Made Sempeng

Itu terjadi pada 1974-1976, ketika investor gencar berburu tanah di Jimbaran"Ayah saya punya banyak tanah," katanyaWardi mengaku mendapat bagian uang hasil penjualan tanah ayahnya hingga puluhan juta rupiah"Tapi, karena nggak bisa mengatur, uang itu habis," kenangnya

Jika kekayaan Balut dan Wardi saat ini hilang tak berbekas, lahan yang dulu menjadi miliknya sampai sekarang masih adaTapi, di atasnya sudah berdiri hotel-hotel berbintang limaSebut saja Hotel Intercontinental dan Four Seasons

Menurut Made Dharma, tokoh masyarakat Jimbaran, proses jual beli tanah dalam skala besar yang paling awal terjadi di Jimbaran adalah pada 1974Ketika itu investor membeli lahan untuk pembangunan Hotel Intercontinental"Mulai saat itu banyak OKB karena menjual tanah," cerita Dharma

Kala itu harga lahan dengan luas satu hektare mencapai Rp 10 juta hingga Rp 25 juta"Uang segitu sangat banyakPada waktu itu, harga mobil antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 jutaSepeda motor malah hanya Rp 250 ribu sampai Rp 400 ribu," cerita Dharma

Sayangnya, uang berlimpah yang didapat warga tak dimanfaatkan secara semestinya"Banyak OKB yang akhirnya kembali jatuh miskin karena gagal mengelola uangnya," ujar DharmaIntercontinental, jimbaranIntercontinental, jimbaran

"Pemilik itu sekarang tinggal namaBekas milik dia, tanah itu sudah pindah tangan ke investor berkantong tebal," imbuhnya
   
Dharma menuturkan, banyak uang hasil menjual tanah itu dipakai untuk hal-hal konsumtifDi antaranya membeli sepeda motor, mobil, dan televisiParahnya lagi, banyak pula yang menghambur-hamburkan uangnya untuk minum-minuman keras hingga berjudi

Walau sebagian, ada pula yang tersedot untuk membangun rumah dan sanggah keluarga"Kalau membangun rumah dan sanggah keluarga, itu masih bisa ditoleransi," jelasnya.

IGKG Yusa Arsana Putra, tokoh masyarakat lain di Jimbaran, menambahkan, selain dipakai untuk judi, banyak juga yang menggunakan uangnya untuk bermain perempuan

Dalam sehari, kata Yusa, duit yang dihabiskan di meja judi bisa sampai Rp 1 jutaPadahal, harga tanah per are saat itu antara Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu"Mereka bisa berjudi setiap hari," kata pria 44 tahun itu

Menurut Yusa, setelah mendapat banyak uang dari berjualan tanah, banyak yang suka "jajan?Bahkan, jajannya bukan sekali, namun berkali-kaliYang lebih gila, layaknya bos, ada yang memelihara perempuan untuk dikoskanSaat itu sudah muncul sarang pelacuran, seperti kompleks Sanur, Pesanggaran, hingga LumintangTak jarang pula ada yang diporoti perempuannyaAda juga yang sampai tercantol hingga kabur dari rumah.

Di Kelurahan Tanjung Benoa bahkan ada yang ikut perempuannya ke JawaSetelah sekian lama tidak pulang, tiba-tiba muncul kabar bahwa di rumah sakit dalam kondisi sudah meninggal dunia"Mereka sampai lupa segalanyaSampai mengorbankan jiwanya untuk kesenangan," jelasnya"Semoga ini hanya terjadi di Jimbaran," katanya(jpnn/yes/c2/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cartagena, Kota di Kolombia Tempat Persembunyian Nazaruddin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler