jpnn.com, MAKASSAR - Pemuda asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) Nur Fajri membagikan kisah pahitnya setelah lolos dari sindikat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) jaringan interna?s?ional.
Perjalanan Fajri bekerja di luar negeri berawal dari perkenalannya dengan seorang agen bernama Ariana di media sosial Facebook.
BACA JUGA: Kasus TPPO di Sukabumi Terungkap, AKBP Maruly Pardede Ungkap Fakta Ini
"Saya ditawari pekerjaan, ada tes komputer dan bahasa inggris. Saya dinyatakan lulus, dan ditanggung biaya pesawat sampai di Myanmar, tetapi belum ketemu orangnya," tutur Fajri di Makassar, Kamis (5/10).
Fajri mulai curiga ketika sampai di Myanmar dan ditempatkan di sebuah hotel.
BACA JUGA: Detik-Detik Mbak PPS Diperkosa Terapis Seusai Pijat Refleksi, Ini Tampang Pelakunya
Kecurigaan muncul lantaran penempatannya berada di Thailand, tetapi dia malah berada di Mae Sot atau perbatasan Mya?n?mar-Thailand
Tidak lama berselang, Fajri dijemput dan dibawa sindikat TPPO tersebut ke arah hutan yang melewati tiga pos penjagaan.
BACA JUGA: Pimpinan KPK Diduga Memeras, Firli Bahuri: 1 Miliar Dolar Itu Banyak Lho
Konon tiap pos yang dilewatinya dijaga orang yang mengenakan senjata api. Ketika tiba di suatu lokasi, Fajri dijemput tiga orang membawa senjata api laras panjang.
"Setelah tiba di situ, saya tidak tahu di mana, langsung masuk ke asrama-asrama dan banyak orang China di situ," tuturnya.
Fajri menduga lokasi itu sebuah base camp layaknya markas mafia.
Di lokasi itu, Fajri ditempat di? sebuah ruangan yang sudah dilengkapi dengan perangkat komputer.
"Saya mulai curiga karena tugas saya costumer service, tetapi malah jadi scammer," ungkapnya.
Bekerja di Bawah Tekanan hingga Disiksa
Menurut Fajri, dia terpaksa bekerja di area tersebut karena sudah tidak bisa lagi keluar dari sana. Sebab, lokasinya dijaga ketat orang bersenjata api.
Dia juga melihat ada banyak orang Indonesia di lokasi tersebut, termasuk warga negara lain yang kondisinya sama seperti dirinya.
Fajri berada di sana selama lima bulan dan sempat disekap selama satu minggu di lantai tiga bangunan tersebut.
"Waktu itu ada orang bernama Liu Jin (pelaku) panggil saya ke atas, lalu saya dipukuli 10 orang kemudian disekap, diikat. Selama saya disekap selalu dipukuli. Pelakunya minta tebusan Rp 105 juta, tetapi bapak saya hanya bisa bayar Rp 30 juta," tuturnya.
Menurut Fajri, dia dipukuli lantaran tidak mau dipekerjakan sebagai penipu. Pemukulan berkali-kali dilakukan pelaku saat mereka meminta tebusan melalui sambungan telepon video yang tidak jadi.
Akibat penyiksaan itu, Fajri menderita luka robek di kening dan bagian dahi wajahnya. Dia bahkan melihat ada pula orang di sana yang disiksa dengan disetrum.
Sistem Kerja Sindikat TPPO
Dia juga menceritakan selama berada di sana, dia dipukuli karena tidak mau menuruti kemauan mereka.
"Akhirnya terpaksa saya lakukan (menipu) menjalankan situs biro jodoh palsunya," ucapnya.
Selama berada di lokasi tersebut, Fajri tidak diberikan makanan yang layak. Dia bekerja di sana mulai pukul 09.00-12.00 waktu setempat dan ada pergantian sif.
Konon para pekerja yang direkrut wajib menguasai komputer beserta perangkat jaringannya.
"Nama akun saya itu Vanila, fotonya cewek Korea. Diberi user untuk masuk di situs biro jodoh, di situ saya disuruh bermain dan mengambil nomor-nomor calon korban," ungkap Fajri.
Namun, penipuan terhadap korban dieksekusi oleh pelaku lain menggunakan bank data telepon yang telah disiapkan.
"Sudah ada bank data tel?epon, mereka tinggal menghubungi korbannya. Ada yang merasa nyaman kerja di situ, ada pula tidak, makanya disiksa kalau tidak dapat (korban)," terangnya.
Lolos Berkat Peran Mahfud MD
Nur Fajri menjelaskan dirinya selamat dari sindikat TPPO tersebut setelah proses negosiasi dengan pelaku dari pemerintah Indonesia melalui Menko Polhukam Mahfud MD yang difasilitasi KBRI di Thailand.
Setelah negosiasi dan lepas dari lokasi itu, Fajri sempat dibawa ke rumah sakit oleh pihak kepolisian setempat.
"Ada proses negosiasi, Pak Mahfud dengan mereka lewat KBRI Thailand. Lolos saat itu ada 26 orang, warga Indonesia," ujar Fajri.
Nur Fajri meninggalkan Makassar ke Jakarta hingga tiba Mya?nmar pada Desember 2022, dan berada di lingkungan sindikat itu selama lima bulan.
Pada Jumat, 9 Juni 2023, Fajri tiba di rumahnya, di Makassar setelah sebelumnya berada di Jakarta seusai diselamatkan.
Fajri juga sangat bersyukur dibantu dan ditolong salah satu rekan baiknya dari Makassar yang menjadi perantara melalui sambungan telepon maupun video saat para pelaku ?minta tebusan uang.
Ironisnya, uang tebusan yang dikirim ke nomor rekening bank swasta itu malah berdomisili di Indonesia.
Atas kejadian yang menimpanya, Fajri mengimbau kepada masyarakat jangan mudah percaya dengan orang luar negeri yang mengiming-imingi gaji besar, termasuk menjadi tenaga kerja.
Dia menyampaikan itu lantaran sudah banyak jatuh korban, bahkan ada orang yang diambil organ ginjalnya, hingga tidak diketahui keberadaannya dan pulang tinggal nama.(antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Merasa Diperas, SYL Melapor ke Polda Metro, Singgung Permintaan Irjen Karyoto
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam