Kisah Para TKI Ilegal di Arab Saudi yang Sengaja Menelantarkan Diri agar Dideportasi

Hidup Tak Pernah Kekurangan, Selalu Siap Uang Sogokan

Selasa, 15 Februari 2011 – 08:02 WIB
LAHIR DI ARAB SAUDI: Dari kiri: Muahamad Fauzi, Zulaiha, Abdul Gofar, Maisyaroh, Zaky Faisal anak yang lahir di Arab Saudi pulang bareng 301 orang WNI yang sebagian terlantar dan tinggal di kolong jembatan Jeddah Arab Saudi, tiba di Bandara Soekarno Hatta terminal 2, Cengkareng, Senin, 14 Februari 2011. Foto: Agus Wahyudi / JAWA POS

Pemerintah kemarin membawa pulang 303 WNI overstay (melebihi batas izin tinggal) yang dideportasi dari Arab SaudiHampir separo dari mereka adalah TKI ilegal yang berangkat dengan paspor umrah

BACA JUGA: Kali Pertama, Tim Koki Indonesia Lolos ke Final Olimpiade Memasak Kelas Dunia di Perancis

Mereka sengaja menelantarkan diri agar terjaring operasi, lalu bisa dipulangkan secara gratis ke tanah air. 
-------------------------- ----------------
ZULHAM MUBARAK, Jakarta
--------------------- ----------------------
LOB I Terminal IV Bandara Soekarno-Hatta kemarin (14/2) sekitar pukul 15.30 penuh sesak
Ratusan ibu berbaju kurung hitam dan berjilbab hitam tampak sibuk

BACA JUGA: Tan Liong Houw, Legenda Hidup Timnas yang Tetap Bermain Bola di Usia 81 tahun

Sebagian menurunkan tas dari bus bandara, sebagian lagi sibuk dengan anak dan bayi mereka
Ada yang menangis

BACA JUGA: Arsyad Sanusi, Hakim MK yang Dinyatakan Melanggar Kode Etik dan Langsung Mundur

Ada juga yang tertawa dan bermain dengan sesama mereka dalam bahasa Arab. 

Sebagian besar anak itu berwajah campuran Indonesia-Arab dan tidak bisa berbahasa Indonesia"Ta'al, ijlis (sini, duduk, Red)," ujar seorang ibu bernama Iis, memanggil anaknya yang bernama Saiful"Begini ini, Mas, kalau peranakan ArabBandel," ujar perempuan 37 tahun itu sambil tersipu.

Iis (berkeberatan disebut nama lengkapnya) adalah salah seorang di antara 303 WNI dan tenaga kerja Indonesia (TKI) berstatus overstay alias tinggal melebihi batas izin di Arab Saudi yang sore itu tiba di tanah airMereka diterbangkan dari Jeddah, Arab Saudi, dengan menggunakan pesawat komersial setelah mendapatkan izin keluar dari otoritas setempat.Para WNI tersebut tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, kemarin sekitar pukul 13.50Mereka tiba dengan pesawat Garuda Indonesia GA 981 di Terminal 2D Bandara Soekarno-HattaMereka terdiri atas 238 perempuan, 26 anak, dan 39 bayi.

Iis bukan kali pertama ini dideportasi dari Arab SaudiAnak pertamanya yang bernama Nutfah, 10, juga merupakan Indo-ArabNamun, bocah cantik itu lahir di IndonesiaIis mengaku bersuami orang Syria dan pulang untuk menjenguk sanak saudaraLalu, mengapa ikut rombongan pemulangan yang sebenarnya dikhususkan bagi para WNI yang telantar? "Sebab, saya juga sudah tidak punya biayaBeli tiga tiket pulang ke Indonesia, kan mahal," katanya.

Berdasar pengamatan Jawa Pos, di antara total 303 WNI yang dipulangkan dengan angkutan pesawat gratis tersebut, 129 orang bukan TKI resmiMereka berangkat dengan paspor umrah, lantas bekerja dan tinggal di Arab Saudi bertahun-tahunMereka mendapatkan gaji dua kali lipat lebih tinggi daripada buruh migran resmiSebab, dengan mendatangkan TKI ilegal itu, majikan tidak perlu membayar mahal kepada agen penyedia jasa TKI di sana.

Munih, TKI asal Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), adalah salah seorang TKI bermodal nekat atau yang disebut TKI bonek ituSelama ini, dia digaji 1.200 riyalSementara itu, TKI biasa digaji 600 riyalMunih berangkat pada 2004 dan telah mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk membeli sebidang tanah dan rumah di kampung halamanDia mengakui, bekerja sebagai TKI seperti yang dilakukannya penuh risikoSelain rentan berurusan dengan hukum, dia tidak mendapat jaminan keamanan jika ternyata diculik atau diperkosa majikan

Majikan juga lepas tangan jika dirinya sampai terjaring razia imigrasi setempatBiasanya, dia bersembunyi dan kerap menyamar menjadi orang Arab dengan mengenakan cadar dan irit berbicaraTapi, Munih memiliki seorang "pelindung" yang siap menebus serta menyogok petugas imigrasi Saudi jika sampai tertangkap"Nanti uang sogokan dipotong dari gaji sayaHabis, kadang tidak betah di rumah kalau libur," ujarnya.

Selain Munih, ada Ismaloji yang mengaku berasal dari Surabaya, Jawa TimurPerempuan kelahiran 10 Januari 1990 itu bekerja di Saudi sejak 2005Perempuan berdarah Madura tersebut baru berusia 15 tahun ketika kali pertama berangkat ke SaudiJawa Pos melihat paspor yang dia miliki dikeluarkan Kantor Imigrasi Tanjung PerakDi situ, usia perempuan itu didongkrak menjadi kelahiran 1971"Sudah ada yang mengurusSaya tinggal ikut," ungkap gadis berparas manis tersebut.

Perempuan yang disapa Is itu kemudian bertemu sang suami yang bernama Ibrahim ketika berada di SaudiDi sana, dia mendapat gaji 800 riyal, belum ditambah gaji suami yang bekerja sebagai sopir 1.000 riyalDengan gaji itu, keduanya berhasil membeli rumah di kampung halamanSelama berada di Saudi, Is menyatakan tidak pernah hidup kekuranganDirinya bahkan masih sering berkirim uang ke kampung halaman

Dia mengaku sengaja menelantarkan diri dan menyerahkan diri kepada petugas imigrasi setempat agar bisa dideportasiSelama ini, dia menelantarkan diri di tepi jalan di Kedutaan Besar RI sebelum diangkut ke penampungan oleh imigrasi SaudiTepat pukul 16.10 WIB, wawancara pun berhentiPendataan oleh petugas Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) dihentikan karena makanan kotak serta minuman yang disediakan petugas sudah tiba

Ketika perintah istirahat diberlakukan, sontak ratusan TKI itu justru berebut meninggalkan tempat duduknyaMereka berlarian menuju tiga konter handphone yang memang disediakan di dalam Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) TKI di SelapajangSepuluh pelayan konter pun sibuk karena harus meladeni antusiasme para TKI itu untuk membeli handphone dan kartu baruSebagian yang sudah dilayani langsung menelepon sanak keluarga dan menyampaikan kabar kedatangan merekaTak sedikit yang terlihat bingung dengan cara mengisi pulsa karena seri handphone yang mereka bawa dari Saudi tidak beredar di pasaran Indonesia

"Ini HP mahal lho BuHati-hati, diisi sendiri sajaNanti kalau ilang, saya takut dituduh," ujar seorang penjaga konterPerempuan yang dimaksud pun hanya tersenyum sambil menggerutu ringan dalam bahasa Arab.

Kisah lain yang tak kalah menarik dialami Siti Zulaikha, 28TKI asal Bangkalan itu juga mengaku nekat berangkat ke Saudi dengan hanya bermodal paspor serta uang hasil menjual sawahDia membeli tiket untuk umrah dan berangkat sendiri ke Jeddah

Bermodal keahlian bahasa Madura, dia bisa bertahan dan bekerja selama empat tahun di sanaSiti pun membawa uang hasil jerih payahnya yang berjumlah 20 ribu riyal atau sekitar Rp 50 juta dalam bentuk tunaiKetika ditanya, dia mengaku menyimpan uang itu di ruangan rahasia di balik tubuhnya

Siti tampak leluasa bercerita kepada Jawa Pos karena wawancara dilakukan ketika masa istirahat dan cukup jauh dari pengawasan petugasDia mengungkapkan, dirinya tidak percaya kepada para petugas karena khawatir uang hasil jerih payahnya itu disunatDia bahkan mengaku tidak membawa uang sepeser pun kepada petugas"Alhamdulillah, saya tidak sempat telantarSehari menyerahkan diri ke kantor imigrasi dan langsung diangkut ke penampunganJadi, aman," ceritanya

Menurut Siti, hampir semua yang dipulangkan pemerintah pada gelombang pertama tidak pernah berada di kolong Kandara (lokasi di Jeddah yang sering dijadikan jujukan para TKI yang telantar)Sebab, mayoritas adalah mereka yang menyerahkan diri ke KBRI dan menelantarkan diri di sekitar kantor perwakilan RIKebanyakan TKI yang ada di kolong Kandara belum mendapatkan exit permit atau izin untuk deportasi

Siti mengatakan, pemulangan gratis seperti itu paling dicari TKI bonek seperti dirinya karena bisa menghemat biaya tiket pesawat yang harganya berkisar USD 410 atau sekitar Rp 4 jutaKebanyakan TKI yang menyerahkan diri adalah mereka yang memang berniat pulang ke IndonesiaSementara itu, mereka yang berada di kolong Kandara dan masuk kategori bermasalah harus menyelesaikan proses administrasi seperti gaji yang belum dibayar

Siti menyatakan lebih senang berada di penampungan atau tarhil, yakni tahanan imigrasi milik pemerintah Arab SaudiDi sana mereka mendapat fasilitas mirip hotel, yakni makan tiga kali sehari, AC, dan tentu air yang menyala 24 jamMenurut dia, jika menggelandang di Kandara, air hanya dinyalakan ketika jam salatSelain itu, keamanan tidak terjamin karena mereka harus tinggal berdampingan degan buruh migran asal Bangladesh dan India

Siti mengatakan belum kapok untuk kembali mengadu nasib ke Arab SaudiKarena bagi dia, berada di sana masih lebih baik daripada harus menjadi penganggur di kampung halaman"Kalau bisa saya masih mau kembaliYa, saya berterima kasih kepada pemerintah karena telah memulangkan saya," ujarnya(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Urus Izin Kena Tuduh Kristenisasi, Buka Dapat Fitnah Islam Garis Keras


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler