Sebuah perahu yang membawa puluhan pengungsi Rohingya tiba Pulau Idaman Aceh, setelah mengarungi lautan selama lebih dari 100 hari, ujar anggota kelompok penggiat hak asasi manusia, Jumat kemarin.
Perahu tersebut belayar dari kawasan Cox's Bazar di Bangladesh, bulan Februari lalu, membawa 90 pengungsi Rohingya.
BACA JUGA: Hilang Kendali, Pengendara Motor Hantam Pohon, Innalillahi
Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak dengan tujuan ingin menuju Malaysia.
Namun, mesin perahu mati, empat hari setelah meninggalkan Cox's Bazar.
BACA JUGA: Wabah Hama Tikus Teror Petani Australia, Bagaimana Menghentikannya?
Kawasan ini adalah tempat penampungan ratusan ribu pengungsi Muslim Rohingya yang telah melarikan diri dari negara tetangga Myanmar.
"Kami mengetahui 81 [pengungsi] baik-baik saja, mereka mendarat di Pulau Idaman di Aceh," kata Chris Lewa, direktur Arakan Project, sebuah kelompok yang memantau krisis yang dialami warga Rohingya.
BACA JUGA: New South Wales Berencana Kembali Menerima Kedatangan Mahasiswa Internasional Secara Bertahap
"Mereka belum 100 persen aman di sana. Kami berharap mereka tidak akan dipulangkan," kata Chris kepada kantor berita Reuters.
Dari 90 orang yang berangkat dalam perjalanan tersebut, delapan ditemukan tewas oleh penjaga pantai India yang menemukan dan memperbaiki perahu tersebut pada Februari lalu.
Pihak berwajib India menyediakan makanan dan kebutuhan dasar bagi mereka yang selamat.
Tapi pihak berwajib menolak mereka menginjakkan kaki di pantai.
Bangladesh juga menolak menerima kembali 81 orang yang berhasil selamat.
Selama tiga bulan terakhir, organisasi bantuan internasional serta keluarga mereka yang berada di kapal telah berulang kali membuat permintaan ke India, Bangladesh, Myanmar dan Malaysia untuk mendapat info soal nasib mereka yang selamat.
Dwi Prafitria, juru bicara di Indonesia untuk Komisaris Tinggi Pengungsi di Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan kepada Reuters para pengungsi Rohingya saat ini tidak memiliki tempat tinggal.
Menurut Dwi alasannya karena mereka masih menunggu koordinasi dengan pemerintah setempat.
Pihak berwajib di Indonesia, termasuk polisi setempat dan layanan imigrasi, tidak dapat dihubungi untuk dimintai tanggapan pada hari Jumat lalu.
September tahun lalu, sekitar 300 orang pencari suaka asal Rohingya juga berlabuh di Aceh, setelah diyakini mereka berada di lautan selama enam bulan.
Saat itu polisi mengatakan perahu kayu yang membawa para pengungsi tersebut ditemukan oleh nelayan dekat lepas pantai Lhokseumawe.
Sementara warga Desa Lancok juga telah menolong sekitar 100 pengungsi Rohingya di Aceh yang diselamatkan setelah perahu mereka terombang-ambing di atas perahu, pada bulan Juni 2020.
Dilaporkan para pengungsi tersebut sebenarnya memiliki tujuan ke Australia.
Warga Rohingya adalah kelompok minoritas, yang sebagian besar ditolak kewarganegaraannya oleh Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.
Myanmar menganggap mereka imigran ilegal dari Bangladesh.
Lebih dari satu juta pengungsi Rohingya dari Myanmar tinggal di tempat penampungan yang sesak di Bangladesh.
Termasuk diantaranya puluhan ribu yang telah melarikan diri, setelah militer Myanmar melakukan tindakan keras yang mematikan pada tahun 2017.
Para penyelundup manusia sering memberikan janji-janji kepada pengungsi Rohingya.
Mereka membujuk untuk melakukan perjalanan dengan perahu yang tidak memadai demi mendapatkan pekerjaan dan kehidupan baru di negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia.
ReutersArtikel ini diproduksi oleh Mariah Papadopoulos
BACA ARTIKEL LAINNYA... COVID-19 Halangi Jemaah ke Tanah Suci, Kok yang Mencuat Malah Isu Dana Haji?