Kisah Pilu Fahrur Rozi yang Gantung Diri Menggunakan Baju Koko, Sarung dan Kopiah

Senin, 30 Maret 2015 – 05:07 WIB
ilustrasi.

jpnn.com - JEMBER - Warga di Dusun Krajan, RT 3, RW 5, Desa Wonosari, Puger, kemarin (29/3) digemparkan dengan bau busuk menyengat yang berasal dari rumah seorang warga. Mereka menduga bahwa sumber bau itu berasal dari bangkai tikus. Namun, setelah diperiksa, sumber bau tersebut ternyata berasal dari mayat Fahrur Rozi, 20 yang ditemukan gantung diri di atas plafon. 

Anak keempat dari lima bersaudara itu sebelumnya dinyatakan hilang sejak Jumat (27/3).

BACA JUGA: Pilkades Pun Jadi Incaran Para Penjudi

''Sesudah Jumatan (salat Jumat, Red) sudah tidak ada. Keluarga memang sudah mencarinya,'' ujar pria yang mengaku sebagai kerabat Fahrur.

Pria yang namanya enggan dikorankan itu bercerita, Fahrur sebelumnya berpamitan pergi ke Bali. Kepergiannya merupakan protes atas ayahnya yang menikah lagi setelah ibunya meninggal dunia. Selain itu, ayahnya menolak membelikannya sepeda motor.

BACA JUGA: Polisi Ini Tabrak Bentor, Puluhan Kilogram Ikan Tumpah di Jalan

Keluarga mengaku, Fahrur tidak pernah memiliki riwayat gangguan kejiwaan. Bahkan, korban dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul di lingkungannya. H Eksan, ayah Rozi, menyatakan bahwa lokasi gantung diri itu merupakan salah satu rumahnya. Rumah tersebut memang ditempati anaknya. 

''Dia memang tinggal di sini dan saya tinggal di sana,'' ujarnya sambil menunjuk rumah di sebelah lokasi kejadian.

BACA JUGA: Warga Minta Pemerintah Batam Relokasi Limbah B3 Industri dari Pemukiman

Korban ditemukan tergantung di atas plafon rumahnya dengan jeratan kawat besi di lehernya. Kondisi tubuhnya membengkak, bahkan sudah mengeluarkan cairan. Dia masih mengenakan baju koko dan sarung lengkap dengan kopiah di kepalanya. 

Petugas Polsek Puger dengan dibantu warga sekitar sempat kesulitan saat hendak mengevakuasi mayat tersebut. Polisi terpaksa membongkar eternit dan genting rumah.

Kapolsek Puger AKP Mahrobi Hasan saat ditemui di lokasi kejadian menuturkan, pihaknya tidak bisa melakukan otopsi. Sebab, seluruh keluarga menolak Rozi diotopsi. Padahal, tim identifikasi Polres Jember sudah datang ke lokasi kejadian. 

''Kalian tahu sendiri bagaimana kami dibentak keluarga korban. Mereka tidak bersedia diotopsi karena sudah yakin bahwa Rozi bunuh diri,'' kata Mahrobi. Dia juga menduga korban benar-benar tewas karena gantung diri. (rul/har/any/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bikin 13 Laporan Fiktif, Kejari Usut Korupsi Dana BOS di Sekolah Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler