Kisah Pilu Siswi SMP Korban Kekerasan Seksual Ayah Kandung

Kamis, 03 Mei 2018 – 19:52 WIB
Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com, BANYUASIN - Seorang gadis sebut saja namanya Mawar, 14, menjadi korban kekerasan seksual ayah kandungnya hingga melahirkan seorang anak laki-laki.

Siswi salah satu SMP di wilayah Banyuasin itu sepintas seperti tak terjadi apa-apa dengannya.

BACA JUGA: Kusnadi Duplikat Senpi Mainan Jadi Senjata Api Rakitan

Tak ada yang menyangka kalau warga dekat Perumahan Meritai Anggrek Indah, itu adalah korban kekerasan seksual ayah kandungnya sendiri.

Kasusnya mencuat dua hari terakhir. Tepatnya setelah sang ayah, Jp, 42, ditangkap jajaran Subdit IV (Renakta) Ditreskrimum Polda Sumsel.

BACA JUGA: Ditinggal Kosong, Rumah Terbakar, Tersisa Cuma Baju di Badan

Setelah selesai melayani para pembeli, S ibu kandung Mawar, mengajak putrinya pulang dari warung makan milik mereka yang juga dekat perumahan tadi.

Bukan ke rumah yang sebelumnya mereka tempati bersama Jp, tapi ke rumah nenek Mawar. Sejak aib itu terungkap, dia bersama Mawar dan kedua anaknya yang lain tinggal di rumah sang ibu.

BACA JUGA: Setahun Tiga Kali Panen Raya Padi, Petani Bisa Untung Besar

“Tidak tahu sampai kapan baru pulang ke sana. Kalau teringat kejadian itu, sakit hati aku. Alangkah tega dia sama anak perempuan sendiri,” kata S dengan mata memerah.

Duduk di sampingnya, Mawar, sang putri yang tampak tertunduk menekur lantai rumah.

Di rumah itulah, cerita pilu nasib anak sulung dari tiga saudara itu mengalir. “Aku baru tahu kejadian ini beberapa bulan lalu,” ucap S, ibunda Mawar membuka obrolan. Suaranya tegang, seakan meredam emosinya.

Wanita berusia 33 tahun itu menceritakan kalau Mawar baru tinggal dengan dia dan suami sekitar dua tahun terakhir. Sebelumnya, Mawar tinggal di rumah sang nenek. Kemudian, S melahirkan anak ketiga.

“Baru sejak kelas 1 SMP Mawar aku ajak tinggal lagi di rumah, untuk jaga adeknya yang masih kecil. Usianya baru setahun empat bulan,” bebernya.

Karena S jualan nasi di warung dari pagi hingga sore, jadi Mawar yang menjaga kedua adiknya yang ada di rumah. Tanggung jawab itu, dilakoninya sebelum pergi dan sepulang dari sekolah. Sejak itu pula, Jp rajin antar jemput putrinya ke sekolah.

Hari demi hari berlalu tanpa ada masalah. Tak juga ada kecurigaan S terhadap suaminya karena memang Jp ayah kandung Mawar sendiri. Tak sedikit pun tersirat dalam benaknya kalau pria yang dinikahinya itu justru tega “menggarap” darah daging sendiri.

Diam-diam, tanpa sepengetahuan S, Jp enam kali menggauli Mawar. Tak hanya sekali kebejatan itu dilakukannya. Merasa aman dan ketagihan, buruh bangunan itu berulangkali menyalurkan nafsu syahwatnya kepada sang putri. Akibatnya, Mawar mengandung dan akhirnya melahirkan seorang anak perempuan.

Seputar awal mula aib yang dialaminya, Mawar pun mau berbagi cerita kelamnya. Kehormatannya terenggut sekitar Mei 2017 lalu. Waktu itu, dia mau mandi sebelum berangkat ke sekolah. Rumah dalam keadaan sepi karena ibunya sedang jualan di warung. Sedangkan ayahnya, Jp, setahu dia sedang kerja di perumahan dekat rumah.

“Tiba-tiba bapak masuk ke kamar mandi. Aku lalu dibawanya ke dalam kamar tanpa sempat pakai baju sama sekali. Itulah kejadian pertamanya,” bebernya dengan suara lirih dan menundukkan kepala.

Usai melampiaskan nafsunya, dia diancam sang ayah dengan cutter agar tidak menceritakan kejadian itu kepada siapapun. Jp juga tidak akan mengantar Mawar ke sekolah lagi kalau peristiwa itu diketahui orang lain.

“Kalau tidak salah, enam kali bapak melakukan itu. Selalu kejadiannya waktu rumah sedang tidak ada orang,” kata Mawar. Selama tujuh bulan lamanya aib itu berusaha dipendamnya sendiri.

Karena ancaman yang pernah terlontar dari mulut ayahnya, Mawar tak berani cerita kepada ibunya. Namun, ketika merasa ada perubahan pada dirinya, dia memberanikan diri memberitahu Jp.

“Aku sempat ngomong, Bah (abah/ayah, red), sepertinya aku ini hamil. Abah marah dan langsung mengancam aku agar tidak cerita ke orang lain,” tutur Mawar. Dia juga disuruh mengaku kalau mengandung akibat perbuatan teman prianya sendiri.

“Aku jawab ke Abah kalau aku tidak punya cowok. Tapi dia (Abah, red) tetap mengancam aku,” imbuhnya. Tiba-tiba, Mawar terisak, tak mampu menahan kesedihannya.

Saat usia kandungannya memasuki tujuh bulan, Mawar sering mengeluh sakit kepala kepada sang ibu. Lantaran khawatir kondisi putrinya, S lalu menceritakan keluhan putrinya kepada sang suami. Berlagak tak tahu apa-apa, Jp membawa Mawar berobat ke seorang dukun wanita.

Mawar dikatakan tidak menderita sakit apapun. “Dukun itu pastilah sudah tahu kalau anak saya hamil, tapi tidak memberi tahu dan menyarankan agar anak aku ini cek USG ke salah satu klinik di Plaju,” kata S, menambahi cerita Mawar.

Dia lalu mengajak putrinya itu ke klinik dan memeriksakan kondisi putrinya. “Entah kenapa penglihatan aku seperti ditutup waktu diperlihatkan hasil USG. Dokter bilang sudah besar. Lalu dikasih multivitamin dan aku menurut saja,” ungkapnya.

Seiring waktu, usia kehamilan Mawar makin bertambah dan perutnya semakin membuncit. S masih juga tak kunjung curiga kalau anaknya itu sedang berbadan dua. Dia bahkan menganggap sang putri memang terkena penyakit yang cukup parah. (kms/ce1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Minta Kabareskrim Segera Berantas Mafia Beras


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler