Kisah Pramono Anung: Lengket sama Jokowi, tapi Masih Tidur Bertiga dengan Anaknya

Rabu, 23 September 2015 – 10:50 WIB
Sekretaris Kabinet, Pramono Anung. Foto-foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SOSOK Pramono Anung, kini tidak pernah lepas dari lingkaran kegiatan Presiden Joko Widodo. Sejak terpilih sebagai Sekretaris Kabinet yang setara menteri 12 Agustus lalu, pria asal Kediri itu melekat dan menghabiskan waktunya bersama presiden. 

Adakah perubahan hidup yang berarti setelah kurang lebih 16 tahun berkiprah di dunia politik, dan bekerja di pemerintahan?

BACA JUGA: Inilah Sapi Kurban yang Dipesan Jokowi, Berapa Harganya?

 

Natalia Fatimah Laurens, Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Pernah Tanding dengan Daud Jordan, Petinju Kepri Ini Bilang Cino Itu...

 

Pria yang kerap disapa Mas Pram ini tampak sedikit santai saat ditemui JPNN.com di ruang kerjanya, kompleks Istana Negara, Jakarta. Dia memutuskan untuk menyeruput teh di depannya sebelum memulai obrolan.

BACA JUGA: Suasana Haru Pemakaman Mantan Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Restu Mulya, Ayah...

Pramono mengaku, bekerja di pemerintahan sebenarnya bukan hal yang baru buatnya. Tidak ada perubahan mendasar meski belasan tahun dia melakoni dinamika politik kepartaian.

"Hal ini bukan hal yang baru, karena pada 1999 ketika sudah menjadi anggota DPR, saya juga secara tidak langsung menjadi dapurnya Ibu Megawati ketika beliau menjadi wapres maupun jadi presiden. Jadi saya cukup terbiasa dengan suasana istana," ujar politikus PDI Perjuangan itu.

Alih-alih merasa canggung dengan jabatan barunya, Pram justru menikmati pekerjaannya ini. Pasalnya, ia merasa pekerjaan sebagai seskab dan membantu Jokowi, sapaan Joko Widodo bisa mengeluarkan kebijakan dan manfaat langsung untuk masyarakat.

"Bagi saya, jabatan ini kemudian bukan menjadi hal yang mengubah cara pandang, pola pikir maupun apa yang harus saya lakukan sehari-hari," imbuhnya.

Mas Pram juga bercerita tentang kesibukan barunya di Setkab. Dalam sehari, diakuinya bisa melototi ratusan surat. Belum ditambah harus mendisposisi surat-surat tersebut. Bukan sekadar membaca. Mantan Wakil Ketua DPR itu mengatakan, semua surat harus dibaca dengan cepat dan bisa dibilang tidak boleh ada kesalahan. Jangan sampai satu surat pun terlewatkan.

"Satu surat dibaca 3 menit. Dalam sehari misalnya 100 surat jadi bisa baca surat 300 menit setiap hari," katanya sambil tertawa. 

Mas Pram, juga sudah mulai terbiasa dengan cara kerja Jokowi yang super sibuk. Maklum, hampir 15 jam sehari ia mendampingi kegiatan presiden. Mulai dari mempersiapkan sidang-sidang kabinet,  paripurna, materi-materi yang berkaitan dengan pidato presiden. Kemudian, ia harus melakukan persiapan jika presiden akan ke luar negeri. 

Sementara itu, tugas lainnya juga masih menunggu yaitu mempersiapkan perpres dan terlibat sebagai sekretaris tim penilai akhir (TPA), komplit sudah kesibukannya. Belum ditambah mengikuti si presiden yang suka blusukan tersebut. Lelah?

Jawabannya, ternyata tidak. Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran itu malah terkagum-kagum dengan Jokowi. Mas Pram menyebut Jokowi dengan julukan Man of Action. Yaitu orang yang selalu ingin memutuskan dengan waktu cepat dan singkat, tapi tidak boleh salah. Harus dengan ketelitian yang tinggi. Ia juga tak menyangka, Jokowi bisa melakukan 13-14 acara dalam sehari.

"Saya ikut presiden ke Timur Tengah ke Saudi Arabia, Uni Emirat dan Qatar. Dalam satu hari, pertemuan bisa 13-14 kali. Mulai dari jam 9 pagi-11 malam. Ndak ada waktu untuk berleha-leha. Sebagai seskab, yang menyiapkan materi kerjanya lebih ekstra lagi. Dan itu yang saya alami, tapi saya sungguh merasa nyaman dengan pola kerja beliau, dan Insya Allah saya bisa mengikuti," tuturnya sambil tersenyum.

Pram tidak bekerja sendiri untuk semua kegiatan tersebut. Ia dibantu para pegawainya pegawainya Setkab. Pram mengaku, tidak menambah orang baru untuk membantunya.

"Saya tidak menambah orang baru yang akhirnya hanya akan membuat lembaga ini menjadi tidak nyaman. Bagi saya, bekerja dengan nyaman itu menjadi penting. Kalau kerjanya nyaman dan diterima dengan baik di sini maka saya yakin, mereka akan secara sungguh-sungguh membantu saya juga," sambungnya.

Pekerjaan menumpuk, keluarga juga pasti menanti di rumah. Pram mengatakan tidak ada keluarganya yang protes dengan kesibukannya karena ia berusaha tetap meluangkan waktu. Ayah dari Hanindhito Himawan Pramono dan Hanifa Fadhila Pramono ini selalu pulang kerja pukul 21:30 WIB dan berusaha bangun lebih pagi dari anak-anaknya agar tetap bisa berkomunikasi. Pram menganggap anak adalah sumber energinya.

"Kalau pulang jam berapa pun saya selalu bangun sebelum anak bangun dan berangkat sekolah. Sehingga saya bisa bertemu, nganter anak keluar rumah menuju sekolah. Orang pasti enggak percaya, saya sering tidur bertiga sama anak saya juga. Anak itu sumber energi," katanya. 

Kehidupan Pram tidak berubah signifikan setelah menjadi Seskab. Namun, ada hal yang menjadi kurang setelah ia makin sibuk bekerja. Yaitu kebiasaannya berolahraga. Mengaku maniak olahraga, Pram mengatakan, setiap pagi sejak dulu ia selalu fitness dengan didampingi personal trainer. Jam olahraganya ini menjadi lebih singkat sejak menjadi Seskab. 

Hobinya bersepeda pun, mulai terabaikan. Ia bisa bersepeda sejauh 70 kilometer di akhir pekan. Sekarang, itu tidak mudah dilakukannya. Lagi-lagi karena terkadang harus mendampingi presiden kegiatan di akhir pekan.

"Jelas berkurang karena hampir tidak seperti dulu. Kalau dulu masih bisa 70 km. Beda, sekarang ini praktis dua minggu sekali aja udah lumayan. Bahkan, kadang-kadang enggak bisa sepedaan," katanya. 

Meski begitu, Pram tetap berkomitmen menjaga kebugarannya. Ia tetap menyempatkan diri berolahraga. Waktu olahraga boleh berkurang tapi satu kebiasaannya ini tidak pernah dilupakan Pram. Ngetwit. Pemilik akun twitter @pramonoanung itu masih doyan bercanda dan menulis hal-hal menarik di twitternya. Pram tidak ingin meninggalkan kebiasaannya yang satu ini. Ia juga tidak khawatir pamornya sebagai Seskab akan menurun jika kerap cuap-cuap di twitter.

"Orang harus memiliki human being. Apa pun kedudukan dan posisinya. Kadang-kadang kan orang ada galaunya, mellownya, capeknya, itu manusiawi aja," tuturnya.

Lalu setelah menjadi Seskab, apa ini puncak karier Pram? Itu tidak dijawabnya. Pram mengaku, tidak pernah memasang target untuk perjalanan kariernya. Ia menikmati setiap tingkatan dalam perjalanan hidupnya saat ini.

"Saya juga bukan orang yang minta jabatan. Ketika saya jadi Wakil sekjen, menjadi sekjen, dan sekarang saya dipercaya Presiden Jokowi, itu bukan karena saya nonyol-nonyol untuk minta jabatan. Saya lebih utamakan, orang itu mau bekerja keras, memiliki value dalam hidupnya. Ketika saya kemudian dipilih Presiden Jokowi, kemudian disetujui partai, terutama Ibu Megawati, ya sudah saya total bekerja. Saya enggak pernah kerja setengah-setengah," tandasnya Pram. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menyusuri Setapak Rimbo Panjang, Siti Pun Berkata Wah Gila Juga Ya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler