jpnn.com - KH Drs Toto Tasmara, salah satu ulama terbaik di Indonesia itu, meninggal dunia saat hendak menjadi imam salat jenazah keponakannya, di Kota Palembang, Selasa (8/12), sekitar pukul 13.40 WIB.
BERRY SUNISU – Palembang
BACA JUGA: Ingat ya, Nanti Harus Nyoblos Lagi
"Innalillahi wa innaa ilaihi roojiuun, telah meninggal dunia jam 13.40 WIB di Palembang saat memimpin salat jenazah, sahabat kita, Ustaz Drs H Toto Tasmara." Demikian bunyi pesan singkat dari seorang anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Ustaz Anshori Abdul Jabbar.
Pesan singkat serupa, datang dari segerap pimpinan ICMI. Seperti dua Presidium ICMI, Dr. Sugiharto dan Dr. Marwah Daud. Juga dari politisi dan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, Ketua Dewan Penasehat ICMI, Prof. Dr Jimly Asshiddiqie dan anggota ICMI lainnya.
BACA JUGA: Labuan Bajo, Bukan Sekadar Bertemu Kadal Raksasa, tapi...
"Semoga Almarhum Husnul Khatimah," tulis Jimly dalam pesannya. Kedatangan Ustaz Toto Tasmara ke Kota Palembang hendak menghadiri pemakaman keponakannya, Tiara Kamila (20). Mahasiswa Unsri ini meninggal dunia karena kecelakaan.
Dia baru datang, Selasa pagi (8/12). “Kami semua tak menyangka, karena sebelumnya kondisi sehat,” kata Nuri Puspita, warga Komplek PU Pengairan, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sako, Palembang. Nuri, merupakan saudari Toto nomor sembilan.
BACA JUGA: Tjahjo Kumolo, Puisi, Gitar, dan Pengabdian
Dalam keluarganya, Toto merupakan anak kedua dari 12 bersaudara. Menurut Nuri, kakaknya itu datang dari Jakarta setelah dikabari pihak keluarga pada Senin malam. “Lewat pesan BBM dalam grup keluarga, istrinya (Tati,red) bilang Aak (Toto,red) mau datang melayat,” ucap Nuri.
Selasa pagi, adik bungsu Toto, Wijaya Kesuma, menjemput ke Bandara SMB II Palembang. Kemudian Toto, sempat mensalatkan keponakan di rumah duka, sekitar jam 11.00 WIB. Sekitar pukul 12.30 WIB, jasad almarhumah Tiara Kamila dibawa ke Masjid Jamii Assalam yang berada di sekitar komplek PU Pengairan, tersebut.
Sebelum dibawa ke masjid, lanjut Nuri, kakaknya tersebut sempat berujar “Ayo cepat-cepat, kita salatkan. Nanti nggak keburu,” kata Nuri. Sebab, siang itu sudah mendung dan gerimis mulai turun.
Meninggalnya Toto sendiri, saat akan mensalatkan keponakannya di masjid. “Ayo siapa yang mau jadi Imam,” kata Nuri, menirukan ucapan kakaknya, kepada jemaah yang memadati masjid.
Sesaat itulah, Toto tiba-tiba terjatuh dan pingsan. Tak lama, dua orang dokter, dr Hera dan dr Sari (masih keluarga) memastikan KH Drs Toto Tasmara sudah meninggal dunia.
Rupanya, ucapan itu seakan pesan dan ucapan terakhir sebelum meninggal Nuri juga mengatakan, kalau dulunya kakaknya itu pernah berujar ingin meninggal di Palembang. Sebab, kedua orang tua mereka dimakamkan di Palembang. “Bisa dengan dengan orang tua, katanya,” kenang Nuri.
Ibu mereka, RD Hendarsi dimakamkan di TPU Puncak Sekuning. Sedangkan ayah, Uju Ade Wisastra dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Palembang. Toto Tasmara sendiri, meninggalkan seorang istri bernama Tati dan empat orang anak, Deni, Sofi, Winda, dan Adam.
Sambung Nuri, siang itu almarhumah Tiara Kamila dimakamkan di TPU Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sako. Malamnya, sekitar jam 19.00 WIB, giliran jenazah Toto diterbangkan ke Jakarta, menumpang kargo pesawat Lion Air. Untuk dibawa ke rumah duka di Jl Flamboyan Asri, Rempoa, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Anak sulung almarhum Toto, Deni, menyusul datang ke Palembang menjemput ayahnya. Saudara Toto yang di Palembang, juga ada yang ikut mengantar jenazah almarhum Toto. KH Toto Tasmara merupakan ulama yang dilahirkan di Banjar, Ciamis, Jawa Barat, 10 November 1948.
Dikatakan Nuri, kakaknya itu juga dikenalnya sebagai sosok yang cerdas. Sehingga sejak kuliah sering keluar negeri, seperti Amerika. Tak heran ulama itu juga memiliki pengalaman dan jabatan di sejumlah perusahaan seperti PT Richardson Merrel, PT Singer, Nixdorf, dan lainnya. Kemudian, ia sempat menjadi vice president di salah satu bank swasta.
Dari tahun 1992-1996, dia menduduki jabatan Corporate Secretary PT Humpuss. Tahun 1997, ia keluar dari perusahaan tersebut dan mengabadikan sepenuhnya pada bidang dakwah dan menjadi konsultan Sumber Daya Manusia di Labmend (Laboratory for Management and Mental Development), yang bergerak di bidang pelatihan manajemen dan spiritual.
Aktivitasnya juga banyak dihabiskan untuk gerakan dakwah (geradah). Pada tahun 1976, ia mendirikan BKPMI (Badan Komunikasi Pemuda Masjid Indonesia). 1978, ia mendirikan Badan Koordinasi Mubalig se-Indonesia (Bakomubin), sebuah lembaga yang berkiprah untuk meningkatkan kualitas dan pencerahan para mubalig.
Adik bungsu Toto, Wijaya Kesuma menambahkan kakaknya itu juga telah merintis dakwah di Amerika. Mengumpulkan pelajar dan mahasiswa yang ada di Amerika. “Dia menganggap dakwahnya di sana belum berhasil, karenanya masih sering ke Amerika,” ujarnya, seraya mengatakan anak kedua Toto juga tinggal di Amerika.
Selaku adik, lanjut Wijaya, dia mengaku kakaknya itu juga berpesan untuk tetap menjaga silaturahmi khususnya dalam keluarga. Selain itu, sebagai muslim, kata dia, jangan membedakan antara suku yang berbeda, karena semua sebagai saudara.
Nurmala Dewi, saudari Toto, juga mengatakan dalam keluarga besarnya, kakaknya itu sangat perhatian dengan keluarga dan saudara. Terbukti, saat anaknya menikah, kakaknya itu berusaha menyempatkan untuk hadir. Ke Palembang, kakaknya itu juga sering mengisi dakwah di beberapa tempat di Kota Palembang.
Banyak muridnya yang diajar kini sudah mengikuti jejaknnya menjadi ustad. “Banyak muridnya di Jakarta yang tidak percaya dan menelpon kita mengetahui kabar KH Drs Toto Tasmara meninggal dunia,” kata Nurmala.
Mengenai dimana kakaknya itu akan dimakamkan, Nurmala mengaku belum tahu. “Kita belum tahu dimana akan dimakamkan. Karena masih akan kompromi keluarganya yang ada di Jakarta. Tadi sudah diantar ke bandara untuk dibawa ke rumah duka di Jalan Flamboyan Asri, Rempoa, Tangerang Selatan,” terang Nurmala. (*/air/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Luhut Panjaitan Terkenang Penyerangan Kota Dili, Gagah Berani tapi...
Redaktur : Tim Redaksi