Kisah Sedih Fitri, Lari ke Kantor Polisi Melaporkan Ayahnya

Rabu, 25 April 2018 – 06:56 WIB
Kantor Polisi. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, BONTANG - Fitriani (16) kabur dari rumah dan berlari ke Polsek Bontang Selatan, Kaltim, untuk melaporkan ayahnya sendiri, Yani, Selasa (24/4).

Fitri – sapaannya-- dan ayahnya itu terkenal dengan sebutan manusia gerobak. Lantaran keduanya selalu keliling Bontang dengan gerobak, untuk mengumpulkan barang-barang bekas.

BACA JUGA: Gar-Gara Bunga Turi, Arya Bima Dipukul Warga

Aktivitas bapak dan anak ini dilakukan sejak Fitri masih bayi. Pekerjaan itu sudah dilakukan selama bertahun-tahun demi memenuhi kebutuhan hidup keduanya. Fitri lapor polisi karena dipukul ayahnya, Selasa (24/4) pagi.

Seperti biasanya, Fitri diajak ayahnya mendorong gerobak. Namun Fitri menolak. Mendapat penolakan, Yani langsung marah dan memukul Fitri.

BACA JUGA: Hajar Warga Bali, Bule Australia Ditangkap Polisi

“Saat bangun tidur, dipukul kepala saya, ditarik, punggung dan kaki diinjak. Sampai sakit semua, sampai hampir enggak bisa jalan,” ungkap Fitriani di Polsek Bontang Selatan.

Fitriani mengaku, ia sebenarnya sudah tidak ingin ikut mendorong gerobak dengan ayahnya, lantaran malu dan ingin kerja sendiri. Tapi Yani selalu mengajak dan memaksa agar terus mendorong gerobak keliling Bontang dari pagi hingga malam. “Saya malu dorong gerobak. Tapi Bapak maksa terus dan tiap hari aku disakiti,” katanya.

BACA JUGA: Tak Paham Bahasa Inggris, Warga Dipukul Bule Australia

Fitri hidup hanya bersama Yani. Sejak bayi hingga berumur 16 tahun selalu bersama ayahnya mendorong gerobak keliling Bontang.

Bahkan Dinas Sosial Pemkot Bontang sudah berulangkali mencoba memisahkan Fitri, agar bisa disekolahkan dan hidup lebih layak. Hal itu dimaksudkan agar Fitri tidak lagi menghabiskan waktu hanya mendorong gerobak bersama ayahnya. Namun usaha tersebut selalu gagal, karena Yani menentang keras berpisah dengan anaknya.

Kini, permasalahan mereka dijembatani oleh pihak Polsek Bontang Selatan, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat (Dissos-P3M) Bontang, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Bontang serta P2TP2A. Dari hasil musyawarah, akhirnya Fitri diputuskan agar diasuh tantenya.

Yani pun diminta untuk membuat surat pernyataan, agar tidak lagi menggangu Fitri dan membiarkan Fitri diasuh tantenya. Selain itu, Yani diminta agar tidak melibatkan Fitri bekerja mendorong gerobak.

Sementara itu dari pengakuan Yani, dirinya memukul anaknya, lantaran jengkel karena tidak mau diajak keliling membawa gerobak. Terlebih, Yani mengaku takut anaknya dibawa lari oleh seorang laki-laki yang sempat ingin menikahi Fitri.

“Aku takut dia (Fitri, Red.) nanti dibawa lari laki-laki, karena saat itu Fitri mau dinikahi, tapi uang jujurannya kurang. Awalnya saya minta Rp 27 juta, lalu turun jadi Rp15 juta, tapi tidak ada juga. Jadi ya dibatalin saja. Nah jadi aku takut siapa tahu kalau aku pergi narik gerobak sendiri, nanti anakku diambil lari ama laki-laki itu. Kan rumahnya sebelahan saja,” ungkap Yani.

Dewi, petugas dari P2TP2A Bontang mengatakan, untuk sementara pihaknya yang akan mengamankan Fitri selama satu hari. Barulah hari ini Fitri diserahkan ke keluarga yang akan merawatnya dengan dibuatkan berita acara.

“Nanti setelah Fitri diasuh oleh tantenya bapaknya masih bisa menemuinya, tetapi rencananya Fitri itu mau disekolahkan sama tantenya dan kami harap bapaknya tidak melarangnya atau mengambil kembali Fitri,” pungkasnya. (mga)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolresta Barelang Minta Maaf ke Warga NTT di Batam


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler