Menikmati Sentuhan Teknologi Canggih Kue dan Kloset di Jepang

Makan Ada Urutannya, Duduk di Kloset Ada Musiknya

Selasa, 06 Desember 2011 – 08:08 WIB
Bentuk kloset di Jepang dengan banyak tombol. Foto : Kurniawan Muhammad/Jawa Pos

Urusan remeh-temeh seperti kue dan kloset, di tangan orang Jepang, dibikin detail dengan sentuhan teknologi canggihBerikut catatan wartawan Jawa Pos Kurniawan Muhammad yang baru pulang dari Negeri Sakura itu

BACA JUGA: Cerai Cukup Persetujuan Keluarga



================

KETIKA pesawat Garuda Indonesia yang membawa kami mendarat di Bandara Internasional Kansai, Jepang, Selasa lalu (29/11), waktu setempat menunjuk pukul 06.00
Keluar bandara, hawa dingin terasa menusuk tulang

BACA JUGA: Kepala Sekolah Pemulung ke Motivator Mahasiswa

Maklum, di Jepang saat ini masih musim dingin dengan suhu 5-15 derajat Celsius

 
Hari itu, acara trip to Japan bersama Daihatsu Motor Co Ltd dalam rangkaian Tokyo Motor Show 2011 yang kami ikuti cukup padat

BACA JUGA: Ketua Baru KPK Abraham Samad di Mata Keluarga

Kami hanya diberi waktu istirahat selama dua jam di Hotel Nikko di kompleks Kansai Airport, sekadar untuk mandi dan ganti pakaianSetelah itu, kami diajak ke markas Daihatsu di Shiga, sekitar tiga jam perjalanan dari Bandara Internasional Kansai
 
Selama dua jam di Hotel Nikko, pihak travel yang membawa kami memberikan dua kue berbentuk segi tiga dan satu telur rebus yang dibungkus kotak plastik transparan untuk sarapan"Apa bisa kenyang dengan dua kue dan sebutir telur?" kata saya dalam hati
 
Pihak travel memberikan kue dan telur itu karena alasan waktu yang mepetYang menarik perhatian saya adalah kue berbentuk segi tiga tersebutAwalnya, saya heran dengan tulisan angka 1, 2, dan 3 di bungkus kue ituSaat itu saya tidak tahu maksudnyaApalagi, semua huruf di kue tersebut adalah huruf Jepang, kecuali angka 1, 2, dan 3 itu
 
Karena lapar, saya makan kue segi tiga tersebutSaya sempat agak sulit membuka bungkusnyaKarena itu, saya coba membuka sampai kena dengan bantuan gigi, lantas saya makanTernyata mirip kue lemperYakni, terbuat dari ketan dan di dalamnya ada isi daging yang bentuknya mirip abonRasanya lumayan enak.
 
Setelah makan kue segi tiga itu, saya langsung menyantap telur rebusnyaBegitu telur tersebut saya buka, bagian kuningnya terletak di tengah persisSangat berbeda dari telur rebus yang saya makan selama iniSetelah bagian kuningnya itu saya makan, rasanya juga gurih

Di bagian agak dalam dari kuning telur itu, rasanya seperti setengah matangJika sebelumnya saya tak yakin bakal kenyang dengan menyantap dua kue dan telur tersebut, ternyata saya keliruSaya merasa sudah cukup kenyang dengan menyantap satu kue dan satu telur rebus itu
 
Belakangan, saya baru tahu bahwa kue segi tiga yang saya makan tersebut disebut onigiri di JepangSebelumnya, saya pernah mendengar nama kue ituSetahu saya, kue onigiri di Indonesia tidak berbentuk segi tiga dan tidak dibungkus rapatUmumnya berbentuk bulatan dan setengah terbuka
 
"Onigiri dengan bentuk segi tiga berbungkus itu baru-baru ini saja dibikin dan diproduksi masalSi pembuat onigiri dengan bentuk segi tiga berbungkus tersebut saat ini jadi orang kaya karena hasil karyanya semakin digemari dan dia mendapat royalti untuk karyanya itu," jelas Keisuke Nasada, salah seorang pendamping rombongan kami dari Daihatsu Motor Co Ltd.
 
Dari Keisuke pula saya mendapat penjelasan bahwa onigiri dibikin dari beras"Beras Jepang itu memang mirip ketan kalau di Indonesia," kata Keisuke yang sudah dua tahun ini kerap pulang-pergi Jepang?Indonesia
 
Untuk membuat onigiri segi tiga itu, lanjut dia, perhitungannya sangat detailSelain kandungan gizi dan kalorinya dihitung, kemasan bungkusnya dibikin sedemikian rupa hingga kue bisa awet sampai dua hariDi Indonesia, setahu saya, onigiri tak bisa tahan sampai 24 jam"Untuk membuka bungkusnya, ada urut-urutannyaKarena itu, diberi nomor 1, 2, dan 3," tutur Keisuke
 
Dia lantas mencontohkan cara membuka onigiri segi tiga ituJika prosedur membuka bungkus tak diikuti, rasa lezat dan gurihnya akan hilangMemang benar, karena angka 1, 2, dan 3 tersebut saya abaikan, saya hanya merasakan bagian beras dan isinya, sedangkan pembungkus kue dari rumput laut yang berwarna hijau tersebut tidak termakan oleh saya

Karena saya kira merupakan bagian dari bungkus, rumput laut yang dikemas mirip plastik itu pun saya buangBeruntung, saya masih menyimpan satu kue onigiri lagiSaya lantas memakan kue itu berdasar urut-urutan nomor

Ternyata, rasanya memang berbeda dibanding dengan cara makan yang saya lakukan serampangan sebelumnyaDengan mengikuti urut-urutan nomor, rumput laut yang membungkus beras dan isinya ikut termakan pelan-pelan sampai habisRasanya memang lebih gurih dan sedap.
 
Di Jepang, onigiri segi tiga berbungkus itu dijual 110?130 yen (1 yen setara Rp 110)Bergantung isi di dalamnyaTersedia bermacam-macam isi, mulai daging sapi, ikan salmon, hingga ikan tunaJika onigiri dijual hingga 130 yen, harga telur rebus yang saya makan itu 100 yen (sekitar Rp 11 ribu) per butir.
 
"Telur yang kita makan tadi dibikin dengan perhitungan yang detail dan teknologi yang canggihDengan teknologi, letak kuning telur selalu berada persis di tengah-tengahDengan teknologi pula, rasa kuning telurnya berbeda dari kuning telur di mana punDan rasanya sama semua," jelas pria 52 tahun tersebut
 
Dengan sentuhan teknologi seperti itu, wajar harga telur tersebut per butir tergolong mahalItu berbeda dari di IndonesiaJika kita membeli selusin telur asing matang, misalnya, dalam selusin itu, kadar dan rasa asinnya bisa berbeda-bedaMaklum, kebanyakan pembuatan telur asin di Indonesia masih menggunakan cara-cara tradisional
 
Selain pada kue, sentuhan teknologi canggih bisa dirasakan ketika menggunakan klosetMungkin hanya di Jepang kloset didesain dengan teknologi canggihSelama seminggu berada di Negeri Matahari Terbit itu, saya merasakan canggihnya kloset di sanaMisalnya, kloset di Hotel Nikko Kansai Airport.
 
Di sisi samping kanan, ada panel-panel khusus untuk pengaturan klosetSayangnya, semua huruf yang digunakan sebagai petunjuk adalah huruf JepangKarena itu, untuk mengetahui fungsinya, satu per satu panel tersebut saya cobaSaya agak tertolong memahami fungsi panel-panel itu ketika melihat gambar

Di salah satu tombol di kloset tersebut ada gambar berbentuk (maaf) pantat dengan air menyemprot di bawahnyaBegitu tombol yang bergambar itu saya tekan, ternyata fungsinya adalah untuk membasuhTombol ditekan, akan keluar pipa kecilDari pipa kecil itulah air mengucur membasahi (maaf) pantat
 
Tekanan semprotan air itu pun bisa diatur, mulai yang paling kuat hingga paling lemahAda pula tombol pengatur untuk memilih apakah kita lebih suka disemprot air dingin atau hangat
 
Khusus untuk fungsi membasuh, bisa dipilih apakah ingin basuhan air dengan model semprotan horizontal atau vertikalSetelah merasa puas dibasuh, jika ingin mengeringkan, ada tombol pengeringJika dipencet, akan keluar semprotan anginIngin disabun" Tinggal tekan tombol, akan keluar cairan sabun dengan aroma pewangi.
 
Kloset di Hotel Jiragonno, Kawaguchi, malah lebih bervariasiAda tiga macam tombol bertulisan massage 1 hingga 3Begitu ditekan, aliran semprotan air yang keluar terasa seperti pijatanKarena ada tiga tombol, ada tiga cara pijatan airnya
 
Tak cukup itu, kloset di Hotel Jiragonno juga dilengkapi musikJika tombol di kloset ditekan, akan terdengar lantunan musik klasik instrumental"Ada beberapa artis Hollywood yang kalau datang ke Jepang membeli kloset untuk dibawa pulang," ungkap Keisuke.
 
Itulah JepangSetidaknya, kita bisa belajar bahwa teknologi itu, bagi orang Jepang, diterapkan mulai hal yang terlihat sepele(c5/nw)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Marina Segedi, Mantan Juara Silat ASEAN yang Puluhan Tahun Terlupakan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler