Kisah Unik Petani tak Hafal Pancasila di Depan Jokowi

Kamis, 09 November 2017 – 22:34 WIB
Kisah Unik Petani tak Hafal Pancasila di Depan Jokowi. Tampak Basuki bersama dengan Presiden Joko Widodo. Foto for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo selalu punya cara unik saat melakukan kunjungan kerja di daerah. Ia suka berdialog langsung dengan rakyat, memanggil mereka ke atas panggung, memberi pertanyaan, dan bagi-bagi hadiah berupa sepeda.

Ini pula yang dilakukannya pada Senin (8/11) lalu saat menghadiri penyerahan SK program Perhutanan Sosial kepada masyarakat Madiun dan sekitarnya.

BACA JUGA: Kebijakan Berani Jokowi Bikin Gerah Orang Serakah

Ada satu kisah unik yang lucu nan menarik namun sarat makna yang masih diingat oleh Ketua Institut Hijau Indonesia, Chalid Muhammad.

Kala itu kata Chalid, Presiden Jokowi meminta salah seorang petani naik ke panggung, namanya Basuki. Presiden pun meminta Basuki menjelaskan rencana kerja di areal yang telah diberikan pemerintah padanya.

BACA JUGA: Bagikan SK Perhutanan Sosial, Jokowi dan Petani Satu Ikrar

Dengan sangat meyakinkan, Basuki menjelaskan bahwa lahan garapannya 0,5 hektar dan akan jadi 2 hektar melalui izin hutan sosial. Nantinya lahan itu akan ditanami jagung sembari menunggu pohon sengonnya besar.

Basuki antusias menjelaskan rencananya depan Presiden. Hitungannya matang. Dia yakin dapat membayar Kredit Usaha Rakyat yang diberikan BNI. Apalagi tahun depan bunganya akan turun jadi 7 persen dari 9 persen.

BACA JUGA: Menteri Siti: Saya Bahagia Kalau Petani Gembira

Presiden memberi apresiasi sembari mengingatkan hati-hati pinjam kredit dan juga penegasan agar petani harus sejahtera. Hingga sampai di akhir dialog, Presiden Jokowi lantas meminta Basuki untuk melafadzkan PANCASILA.

''Saat itu dengan polosnya Basuki mengatakan, saya tak hapal. Semua yang hadir lantas tertawa,'' kenang Chalid.

Presiden Jokowi lalu menuntun Basuki menghafal Pancasila. Ia pun mendapat sepeda. Yang menjadi catatan Chalid dari kejadian tersebut, dua kali kata keadilan disebutkan Presiden Jokowi, dan diikuti oleh Basuki, serta disimak oleh ribuan petani yang hadir. Termasuk jajaran Menteri kabinet dan pejabat daerah. Kata keadilan berada di sila kedua dan sila kelima.

''Petani Jawa adalah potret paripurna dari ketidakadilan agraria yang tengah dikoreksi Jokowi,'' kata Chalid.

Chalid melanjutkan, boleh jadi Basuki tak hapal PANCASILA, bukan karena grogi berdiri dekat Presiden. Melainkan kata keadilan itu mungkin memang sangat jauh dari realitas hidup jutaan petani.

''Barulah di era pemerintahan kali ini, mereka mulai merasakan keadilan itu melalui program Perhutanan Sosial dan reforma agraria,'' ungkap Chalid.

Selama ini kata Chalid, potret ketidakadilan selalu dialami petani.

Mereka harus membayar dibawah tangan agar bisa garap lahan Perhutani. Bahkan ada petani yang tempat tinggalnya diaku oleh Perhutani sebagai kawasannya. Padahal telah beberapa generasi tinggal di wilayah itu. Melalui kebijakan reforma agraria dan perhutanan sosial, kini mimpi buruk bagi jutaan petani Indonesia itu mulai terhapus.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di era Menteri Siti Nurbaya, terus menggesa program Perhutanan Sosial. Tidak hanya dengan membagikan surat izin pemanfaatan hutan sosial untuk pemerataan ekonomi dan kelestarian hutan, melalui program ini petani juga mendapat kepastian hukum untuk mengelola lahan selama 35 tahun, dukungan pendanaan dan pemasaran.

Ada 12,7 juta hektar hutan dialokasikan untuk masyarakat dalam bentuk acces reform. Ditambah 9 juta hektar tanah, termasuk 20 persen dari kawasan hutan yang telah lepasan untuk swasta, nantinya akan menjadi objek reforma agraria dalam bentuk asset reform.

Mungkin inilah kata Chalid, makna dibalik Jokowi setiap dialog dengan petani kecil selalu menanyakan apakah hapal PANCASILA?

''Saya menduga Presiden ingin mengingatkan dirinya dan jajarannya bahwa negara berkewajiban mewujudkan keadilan bagi rakyatnya. Termasuk keadilan bagi jutaan petani miskin tanah,'' katanya.

Chalid pun berharap, Presiden Jokowi dan Menteri LHK Siti Nurbaya, terus konsisten menjalankan program Perhutanan Sosial, meski diyakini banyak pihak-pihak yang terganggu dengan kebijakan ini.

''Teruslah Pak Jokowi dan Bu Menteri, terus gemakan PANCASILA agar kita secara bersama dan terus menerus mengingat, bahwa Kemanusiaan yang adil dan beradab, serta keadilan sosial sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,'' tegas Chalid. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Klinik Dadakan Menteri Siti, Pasiennya para Petani


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler