jpnn.com - JPNN.com SURABAYA – Sudah tiga tahun ini, setiap Ramadan tiba, salah satu sisi rel kereta api di Dupak Magersari, Kecamatan Bubutan, Surabaya, Jawa Timur berubah fungsi.
Yakni, bukan hanya menjadi tempat berjalan kaki warga kampung yang padat penduduk itu, tetapi juga jadi majelis taklim dadakan.
BACA JUGA: Ramadan, Inovasi Layanan Ibadah, Mampukah Kita?
Setiap sore anak-anak berdatangan. Dengan rapi, mereka yang umumnya berbaju muslim putih tersebut duduk di atas tikar yang tergelar.
Setelah itu, ustazah yang mengajar mereka, Miftahul Jannah, memimpin doa pembuka.
BACA JUGA: Perdebatan Atribut Islam Nusantara ala Jokowi
’’Anak-anak yang mengaji di sini berjumlah sekitar 50 anak,’’ kata Miftahul seperti yang dilansir Jawa Pos (Induk JPNN).
Mereka berasal dari Dupak Magersari maupun kampung-kampung di sekitarnya.
BACA JUGA: Penentuan Awal Ramadan Kamis, 18 Juni 2015 Berpotensi Bersamaan
Ketika ada kereta yang akan lewat, Jannah langsung memberikan peringatan kepada para muridnya untuk tidak menyentuh bagian rel.
’’Kalau ada kereta, anak-anak menjauh dari rel,’’ ungkap perempuan asli Surabaya tersebut.
Jannah beserta 50 muridnya mengaku nyaman saja mengaji di sekitar rel.
Menurut dia, tidak ada tempat yang mampu menampung puluhan murid itu. Untuk mengajar mengaji tersebut, Jannah tidak memungut biaya.
’’Saya mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah agar dibuatkan tempat mengaji,’’ ujarnya.
Camat Bubutan Nono Indriyanto menyatakan keprihatinannya atas kondisi itu. Dia menyayangkan jika anak-anak harus mengaji di pinggir rel.
’’Saya akan secepatnya ke lokasi. Sebenarnya, saya tidak setuju dengan adanya aktivitas di sana karena itu membahayakan,’’ ucapnya. (lyn/c20/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dari Bekasi Jam 8 Malam, Jam 7 Pagi Masih di Cikampek
Redaktur : Tim Redaksi