KKP Maksimalkan Industri Patin Lewat Pemanfaatan ICS

Kamis, 25 Oktober 2018 – 20:20 WIB
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Rifky Efendi Hardijanto. Foto dok humas KKP

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Rifky Efendi Hardijanto mengatakan, potensi pasar ikan patin Amerika dan Eropa terbuka lebar.

Karena itu, pihaknya ingin memaksimalkan pemanfaatan Integrated Cold Storage (ICS) untuk mendongkrak industrialisasi ikan patin nasional.

BACA JUGA: Jubir Prabowo-Sandi Sebut Kebijakan Bu Susi Susahkan Nelayan

“Pangsa pasar ikan patin Amerika dan Eropa besar. Dan saat ini pasar itu kosong karena mulai ditinggalkan oleh Vietnam. Makanya ini potensi besar bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan itu,” kata Rifky di Jakarta.

20 tahun yang lalu Vietnam mencanangkan menjadi produsen patin dunia, yang mampu mengisi pasar patin dunia. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, Vietnam tidak menjaga kualitas maka dari itu pasar Amerika dan Eropa tidak lagi impor patin dari Vietnam.

BACA JUGA: KKP Beri Bantuan Gudang Perikanan untuk Masyarakat Gorontalo

“Tentu saja ini peluang buat Indonesia, untuk garap pasar Amerika dan Eropa,” tambahnya.

Produksi patin berdasarkan per tahunnya, Vietnam mampu memproduksi patin sebanyak 1,195 juta ton, sedangkan Indonesia baru 437 ribu juta ton. Dan ekspor patin nasional memang belum terlalu tinggi karena untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.

BACA JUGA: Jumlah Ekspor Ikan Hias Indonesia Masih yang Tertinggi

“Makanya ke depan bukan hanya kita produksi untuk konsumsi dalam negeri saja, tapi lebih kita tingkatkan lagi yang berorientasi untuk ekspor,” ujarnya.

Untuk bisa masuk ekspor tentu saja, langkah yang harus ditempuh selain produksi yaitu industrinya. Maka dari itu, pibaknya akan memanfaatkan ICS. Karena dengan ICS, ada prosesing, cold storagenya, sehingga keluar dari ICS bisa langsung di ekspor.

“Dengan ICS produk yang keluar sudah bisa langsung kita ekspor,” tuturnya.

Adapun untuk daerah produsen patin Indonesia saat ini, wilayah Sumatera masih yang terbesar dengan menyumbang 68,07% produksi patin nasional, Riau 8,14% produksi, Kalimantan Selatan (10,06%), Kalimantan Tengah (8,81%), Jambi (6,43%), Jabar (6,4%).

“Untuk itu, daerah-daerah produsen atau sentra patin akan terus kami maksimal, dengan memaksimalkan ICS nya sehingga ekspor patin nasional bisa terus kita tingkatkan,” paparnya.

Selain itu, pihaknya juga kan membranding patin nasional yang akan kami beri nama “Indonesia Pangasius” yang artinya “Patin Indonesia”, rencannya akan kita launching pada pameran di Dubai akhir bulan ini.

“Branding itu penting, jika patin Vietnam namanya Dori Fish, Patin kita namanya Indonesia Pangasius. Pangasius sendiri diambil dari nama Pangasius hypophthalmus, nama ilmiah dari ikan patin sendiri,” tandasnya.

Ditempat yang sama Bupati Kampar, Azis Zaenal mengatakan, atas nama masyarakat kabupaten Kampar, dan Riau pada umumnya sangat berterimakasih kepada KKP yang sudah memberikan perhatian kepada kami. Dengan ICS ini diharapkan mampu meningkatkan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat kami.

“Kami baik dari pusat mapun daerah punya visi yang sama, yaitu untuk peningkatan ekonomi masyarakat secara nasional pada umumnya. Sinergitas dan harmonisasi antar pusat dan daerah sangat penting untuk memajukan pendapatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Harapannya sektor perikanan baik di kabupaten kami dan daerah lain mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian secara nasional,” harap dia.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Untuk Kedua Kali, Indonesia Ikut Serta Dalam JISTE


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler