Klarifikasi Rektor ITK Balikpapan soal Status Bermuatan SARA

Sabtu, 30 April 2022 – 23:57 WIB
Foto Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santoso Purwokartiko tengah viral tersebar di ragam media sosial dampak dari tulisan status di akun Facebook miliknya dianggap kontroversi dan bermuatan SARA. Foto : Akun Instagram @BalikpapanTerkini.

jpnn.com,  BALIKPAPAN - Jagad maya kembali dibuat heboh dengan sebuah tulisan memicu kontroversi. Kali ini datang dari seorang Rektor di Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan, Kaltim, bernama Prof Budi Santoso Purwokartiko.

Dalam potongan layar yang tengah viral di ragam media sosial tersebut, menunjukkan sebuah tulisan status di akun Facebook-nya. Tulisan memicu kontroversi itu diposting oleh Prof Budi Santoso pada 27 April 2022 lalu.

BACA JUGA: Bantah Jadi Afiliator OctaFX, Boy William: Aku 100 Persen Hanya Talent yang Dibayar

Belakangan status itu dipermasalahkan netizen, lantaran dianggap mengandung unsur SARA. Sebab guru besar dari ITK Balikpapan itu menyinggung perihal kalimat yang kerab digunakan dalam ajaran Islam seperti, InsyaAllah, Barakallah dan Qadaraallah.

Dalam postingan itu, Prof Budi menulis mengenak alat penutup kepala (hijab) seperti ala manusia gurun. Berikut status Facebook yang ditulis oleh Prof Budi dengan kontroversi dan bermuatan SARA tersebut.

BACA JUGA: Mahfud MD Klarifikasi Surat Undangan Membahas Isu Penundaan Pemilu 2024, Jelas Sudah

"Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa.

Mereka adalah anak-anak pintar yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa.

BACA JUGA: Seusai Klarifikasi Soal Wayang, Ustaz Khalid Basalamah Ingatkan Bahaya Bagi Penyebar Fitnah

Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9.

Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa.

Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen.

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya.

Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya.

Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek.

Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind.

Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi."

Rektor ITK Balikpapan Prof Budi Santoso Purwokartiko membenarkan bahwa tulisan status tersebut memang dibuat olehnya. Budi turut menanggapi perihal tulisannya yang saat ini tengah viral di jagad maya itu.

"Ya itu, konsekuensi dari bahasa tulisan saya ya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda. Namun banyak yang memotong, maksudnya men-screenshot kemudian di kasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif," ucap Budi Slsaat dikonfirmasi JPNN.com, Sabtu (30/4) sore.

Budi menyayangkan banyak pihak yang salah paham dengan maksud dari isi tulisannya itu. Hal tersebut terjadi dikarenakan ada oknum yang menurutnya sengaja menggaris bawahi perihal sebutan penutup kepala dan manusia gurun.

"Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya," ungkapnya.

Budi bahkan menegaskan kalau dirinya tidak bermaksud ataupun mendiskriminasi seorang perempuan yang menggunakan hijab ataupun menyinggung soal agama Islam.

"Padahal saya menilai tidak berdasarkan dia pakai kerudung atau tidak. Nggak ada. Karena poin-poin yang dinilai bukan itu. Bahkan soal pertanyaan mengenai agama saja gak ada. Jadi gak ada itu diskriminasi," jelasnya.

Budi mengatakan kalau tulisan statusnya yang saat ini sedang ramai diperbincangkan banyak orang, bukan mengatasnamakan kampus yang dipimpinnya, melainkan urusan pribadinya.

"Humas (ITK) sudah bilang, bahwa ini urusan pribadi saya. Jadi bukan ITK, ya. Jadi kalau misalkan ada yang meminta klarifikasi, bisa langsung menghubungi saya. Bukan kampus. Saya tidak ingin membawa kampus ITK ke dalam masalah ini. Karna ini masalah saya," tegasnya. (mcr14/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Klarifikasi Lengkap Ustaz Khalid Basalamah Soal Wayang, Tolong Diperhatikan Baik-baik!


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Arditya Abdul Aziz

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler