jpnn.com, HALMAHERA TIMUR - Kepala Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur Abra Kura mengatakan sedimentasi yang terjadi di pantai Moronopo, sudah berlangsung lama.
Kemungkinan penyebab sedimentasi terbesar akibat longsor beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Mendagri Tegur 19 Kepala Daerah, IDI Mengapresiasi
"Sudah lama, sampai sedimen di pesisir itu terjadi pendangkalan. Jadi bukan hari ini, sudah lama. Mungkin paling besar waktu longsor itu," ujar Abra dalam keterangannya yang diterima, Rabu (21/7).
Menurut Abra, data yang diperoleh menunjukkan terjadi anomali curah hujan pada bulan Maret lalu hingga 900 milimeter lebih. Bahkan dalam sehari bisa mencapai 250 milimeter.
BACA JUGA: Eka Wafat, Kemendagri Tunjuk Sosok ini Sebagai Pj Bupati Bekasi
Angka itu jauh lebih tinggi dibanding pengamatan dalam sepuluh tahun terakhir.
"Pengamatan data dalam sepuluh tahun terakhir di 2015 itu paling tinggi dalam sebulan cuma 400 sekian milimeter," ucapnya.
BACA JUGA: Nasib 75 Pegawai KPK Tak Jelas, Ombudsman Menyarankan Presiden Segera Bertindak
Abra lebih lanjut mengatakan, derasnya hujan membuat tanggul sungai jebol karena tak mampu menahan debit air.
Abra juga menyebut langkah lain yang dilakukan untuk mengetahui penyebab sedimentasi. Yakni, pengujian terhadap air laut.
Menurut Abra, hal ini rutin dilakukan oleh Antam.
Perusahaan BUMN PT Antam Tbk diketahui melakukan penambangan di nikel di Moronopo.
Secara terpisah General Manager PT Antam Tbk UBPN Maluku Utara Ery Budiman mengatakan perusahaannya telah melakukan praktik penambangan sesuai ketentuan yang berlaku.
“Antam senantiasa memastikan praktik penambangan yang baik dengan menetapkan kebijakan lingkungan yang harus dipatuhi semua pihak. Di Moronopo sendiri, Antam telah memetakan kondisi kontur alami lereng yang mengarah langsung ke pesisir pantai Moronopo,” katanya.
Ery menjelaskan, Antam bekerja sama dengan pihak-pihak terkait telah melakukan berbagai mitigasasi untuk mengatasi sedimentasi yang terjadi.
“Kami bersama dengan stakeholder terkait telah melakukan pembangunan sarana pengendali erosi dan sedimentasi tambang, melaksanakan sistem penambangan tuntas dan menyisakan natural berm (tanggul alami) serta berbagai upaya lain sesuai peraturan perundang-undangan serta Amdal,” katanya.
Ery juga menyebut perusahannya telah melakukan berbagai kegiatan CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Salah satunya melalui program kemitraan dengan nelayan Buli.
"Kami juga menyiapkan pelatihan dan pengembangan pengolahan ikan. Antam juga memiliki program kemitraan dengan para nelayan berupa pemberian pinjaman lunak kepada nelayan untuk memaksimalkan usahanya,” kata Ery.(gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang