jpnn.com, SINTANG - Sekjen KLHK Bambang Hendroyono dan Plt Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Helmi Basalamah meninjau area terdampak banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat pada Kamis (25/11).
Peninjauan tersebut dimaksudkan untuk bertemu masyarakat dan memberikan penguatan, mengetahui upaya penanganan, dan rencana jangka panjang yang akan dilakukan dalam pengendalian banjir di sana.
BACA JUGA: HGN 2021 Banjir Selebritas, Ketum Guru Honorer: Enggak Penting Amat
Bambang mengatakan bahwa kejadian banjir yang melanda Kalbar ini hampir satu bulan.
Adapun pemicunya oleh hujan ekstrem yang menyababkan luapan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi.
BACA JUGA: Detik-Detik Pejabat Barito Utara dan Istri Tewas Terseret Banjir, Innalillahi
Ditambah saat ini Indonesia juga tengah mengalami fenomena La Nina, di mana sebagian besar wilayah Indonesia mengalami curah hujan yang jauh di atas rata-rata.
Kemudian banjir di Kalbar juga diduga karena adanya pasang laut yang menyebabkan terhambatnya aliran air sungai.
BACA JUGA: Manto Hanya Terdiam Sambil Memeluk Jasad Anaknya
Hal tersebut menyebabkan tidak tertampungnya volume air di badan sungai, menggenangi areal pemukiman, dan lahan daratan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Menurut Bambang, dalam upaya penanganan banjir langkah holistik dari seluruh elemen melalui upaya jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
“Ketika kami sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab-penyebabnya, pemerintah tentunya akan membuat perencanaan aksi dalam posisinya mengembalikan pemulihan itu menjadi fungsi-fungsi perlindungan,” ujar Bambang dalam siaran persnya, Jumat (26/11).
Kombinasi bentang alam dan penggunaan lahan menjadi faktor lain penyebab banjir, di samping karena kapasitas drainase yang kecil sehingga tidak mampu mengalirkan air yang masuk.
Lokasi terdampak banjir di Kabupaten Sintang berada pada sempadan sungai yang merupakan rawa belakang.
Menurut Bambang, rawa belakang merupakan bagian dari dataran banjir yang mana endapan lumpur halus dan tanah liat mengendap setelah banjir.
Rawa belakang biasanya terletak di belakang tanggul alami sungai yang merupakan pemanjangan dari tanggul yang terdiri atas pasir dan lanau terendapkan sepanjang tepi sungai selama masa banjir.
Temuan itu menunjukkan bahwa lokasi terdampak banjir yang terjadi di Kalbar berada di daerah dataran banjir, yang secara alamiah merupakan daerah tergenang.
“Daerah tangkapan air Kapuas itu menjadi prioritas yang harus dikelola kembali agar memenuhi prinsip-prinsip, norma-norma selayaknya sebuah DAS yang harus bisa dijaga tidak boleh ada hambatan dari atas ke bawah,” ujar Bambang.
Dalam upaya perbaikan lingkungan dan kawasan hutan, KLHK telah melakukan berbagai kegiatan yang berorientasi pada pengurangan surface run off dan peningkatan kapasitas infiltrasi pada berbagai jenis penggunaan lahan tersebut.
Mulai dari rehabilitasi hutan dan lahan melalui kegiatan penanaman (penghijauan dan reboisasi); penerapan teknik konservasi tanah dan air; kegiatan intervensi rehabilitasi hutan dan lahan melalui kegiatan reboisasi dan lahan yang sampai saat ini mencapai luas 79.467 hektare.
“Upaya pemulihan lingkungan memerlukan kerja stakeholder. Jadi, kami hadir dari Kementerian LHK berkoordinasi dengan pemerintah daerah, Kementerian PUPR, kementerian terkait lainnya dan Bapak Gubernur tentunya bersama para bupati terkait,” pungkas Bambang. (cuy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Histeris Saat Melihat Suaminya di Dapur, Tak Menyangka
Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Elfany Kurniawan