JAKARTA - Anggota Komisi III dari Fraksi Hanura Sarifuddin Sudding membantah tanggapan dari pihak Partai Demokrat yang menyatakan bahwa gerakan Koin Untuk Presiden SBY adalah sebuah sikap sinismeMenurutnya, hal itu adalah bagian dari perwujudan sikap simpatik.
“Itu bukan mengkritik, celaan ataupun sinisme
BACA JUGA: DPR Desak Jamwas Periksa Jampidsus
Tetapi itu bukti dukungan masyarakat yang tau bahwa presidennya ternyata tidak naik gajiMenurut Sudding, masyarakat sangat sadar, tugas seorang presiden sangat berat, untuk itu sangat tidak etis, jika presiden harus mengungkapkannya kepada publik
BACA JUGA: Megawati Singgung Gaji Presiden di Hadapan Kepala Desa
“Dia (SBY) sendiri yang mengucapkannya ke publikBACA JUGA: Dorong RUU Desa, PDIP Kumpulkan Ratusan Kades
Dan itu perlu kita bantu,” cetusnya.Ia menyatakan bahwa uang recehan yang dimasukkan oleh anggota dewan ke kotak Koin Untuk Presiden SBY yang berada di depan ruang sidang Komisi III DPR RI yang beradai di lantai III gedung Nusantara II DPR RI adalah tidak sedikit nilainya“Jangan kiran uang recehan itu tidak berartiKita lihat saja pada kasus Koin Peduli Prita, ternyata koin yang terkumpul mencapai ratusan juta rupiahJadi koin untuk SBY tidak sedikit jika diseriusi,” terangnya yang juga mengaku memasukan uang ke kotak tersebut. Sayangnya, ketika disinggung apakah layak gaji Presiden SBY dinaikkan, Sudding hanya menjawab dengan senyuman.
Hal senada juga dijelaskan oleh Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi santosoIa menjelaskan bahwa apa yang dilakukan anggota Komisi III DPR adalah sikap yang wajar dan bukan sebuah pelanggaran“Saya rasa itu bagian dari kreatif teman-teman anggota DPR yang ada di lapangan. Kita tidak akan melarang ataupun menegurnya jika ada yang ikut menyumbang di kotak tersebut,” ucapnya, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Priyo yang juga menjabat salah satu Ketua DPP Partai Golkar juga tidak mempermasalahkan anggota DPR dari Golkar seperti Bambang Soesatyo, yang ikut dengan memasukkan koin untuk presidenMenurutnya, anggota DPR sedang mengkritik secara halus terkait curhat Presiden SBY tentang gajinya yang tidak naik selama 7 tahun“Maksudnya adalah sinyal sebagai bentuk menunjukkan ada satire, sindiran kepada kinerja pemerintah,” papar Priyo.
Namun demikian, Priyo sendiri menilai curhat Presiden SBY bukan karena ia meminta naik gajiNamun hanya menyampaikan kondisi bahwa gajinya tidak naik-naik“Saya berpandangan yang dimaksud presiden belum tentu curhat meminta kenaikan gaji, tapi lebih kepada ekspresi karena gajinya tidak naik,” tandasnya.
Sementara itu, kotak kaca bertuliskan Koin Untuk Presiden yang baru satu hari berada di depan ruang masuk rapat komisi III pada pukul 12.00, kemarin sudah raibKotak tersebut hilang secara misterius. INDOPOS pun menanyakan perihal keberadaan kotak tersebut kepada para staf yang berada di ruang pimpinan Komisi III yang letaknya tak jauh dari kotak tersebut berada, sebagian besar menyatakan tidak tahu“Tidak tahu MasTadi pagi sih saya masih lihat,” tuturnya.
Bahkan, Ketua Komisi III DPR juga tidak mengetahui perihal raibnya kotak tersebut“Tidak tahu, tadi pagi masih di situ,” selorohnya.Entah dimaksudkan untuk menyindir atau memang serius, sebuah kotak tersebut sepertinya memang sengaja ditaruh di sekitar lorong untuk dilihat banyak orang.
Hilangnya kotak itu ternyata mengundang kegeraman dari anggota Komisi III DPR RIBahkan, beberapa anggota dewan itu mendesak agar Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR untuk mencarinya“Oh yang benar itu, harus lapor Pamdal ituDuitnya ada berapa?” ujar anggota Komisi III, Martin Hutabarat.
Tidak hanya Martin, politisi Golkar Bambang Soesatyo juga menanggapi raibnya kotak koin itu“Wuaduh, Komisi III harus lapor ke Pamdal dan polisi tuh," ucap Bambang, dengan nada bercanda(dil)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Demokrat Tolak Angket Mafia Pajak
Redaktur : Tim Redaksi