Kolaborasi Pemangku Kepentingan Bisa Atasi Misinformasi tentang Produk Tembakau Alternatif

Kamis, 24 November 2022 – 01:53 WIB
Ilustrasi rokok elektrik. Foto: Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Universitas Sahid Jakarta, Profesor Kholil, menuturkan masyarakat perlu diedukasi secara akurat dan lengkap mengenai kelebihan, serta kekurangan produk tembakau alternatif dibandingkan rokok.

Menurut Kholil dalam mengedukasi masyarakat, perlu disesuaikan dengan latar belakang serta profil dari para perokok dewasa.

BACA JUGA: Produk Tembakau Alternatif Membutuhkan Regulasi yang Berbeda dengan Rokok

“Hasil penelitian kami pada 2021 menunjukkan bahwa konten narasi yang bersifat umum tidak efektif untuk menurunkan bahaya rokok,” ujar Kholil, Rabu (23/11).

USAHID telah melakukan kajian terhadap 930 responden yang melibatkan sejumlah akademisi, dokter, tenaga kesehatan, perokok, dan pengguna produk tembakau alternatif.

BACA JUGA: Komunitas Sopir Truk Jakarta Dukung Ganjar jadi Presiden

Dalam kajian yang dilakukan tahun lalu, mereka merekomendasikan adanya pembedaan konten narasi tentang bahaya merokok pada segmen berusia di bawah 25 tahun dan yang di atas 25 tahun.

Untuk segmen yang berusia di bawah 25 tahun, komunikator yang bisa dimaksimalkan untuk menyampaikan tentang bahaya merokok dan potensi dari produk tembakau alternatif adalah keluarga dan tokoh masyarakat.

BACA JUGA: Begini Progres Pembangunan Gedung Papua Youth Creative Hub

Adapun pada segmen di atas 25 tahun, komunikator yang ideal adalah para ahli kesehatan, dokter, dan publik figur.

Menurut Kholil, strategi komunikasi ini perlu dilakukan secara berbeda sesuai dengan latar belakang masyarakat untuk mengurangi misinformasi mengenai produk tembakau alternatif.

“Latar belakang pendidikan dan status sosial juga harus diperhatikan karena komunikasi akan efektif jika ada kesepahaman antara komunikator dan komunikan. Kesepahaman akan timbul jika tidak ada penghalang, baik karena status sosial, bahasa, maupun psikologis,” terang dia.

Dalam mengimplementasikan strategi komunikasi tersebut, perlu dibangun kolaborasi dengan melibatkan pemangku kepentingan seperti pemerintah, pelaku usaha, akademisi, media, dan masyarakat.

“Akademisi mengapa perlu dilibatkan? Karena akademisi ini diharapkan dapat melakukan pendekatan-pendekatan empiris serta teori-teori yang dihasilkan,” lanjut Kholil.

Jika sosialisasi dapat dilakukan secara akurat dan lengkap, maka masyarakat bisa memahami tentang bahaya merokok dan potensi untuk beralih dari kebiasaan merokok melalui produk tembakau alternatif dengan menyesuaikan aspek ekonomi, kesehatan, umur, dan lain-lain.

“Misinformasi apa pun sangat berbahaya karena publik bisa mengambil kesimpulan atau bahkan tindakan yang kontra produktif merugikan dirinya. Mengedukasi masyarakat secara akurat dan lengkap menjadi sangat penting,” serunya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler