jpnn.com, JENEWA - Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Zeid Ra'ad Al Hussein mendesak pemerintah Myanmar segera menghentikan operasi militer terhadap etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine. PBB melihat operasi keamanan militer Myanmar merupakan praktik pembersihan etnis terhadap komunitas minoritas muslim Rohingya.
Bahkan, Hussein menggunakan kata-kata yang keras untuk menggambarkan kekejaman militer Myanmar. “Seperti contoh buku teks tentang pembersihan etnis,” ujarnya seperti diberitakan BBC, Senin (11/10).
BACA JUGA: Please, Muslim di Indonesia Harus Menahan Diri demi Rohingya
Karena itu Hussein menyatakan, pemerintah Myanmar harus menghentikan aksi kekerasan terhadap warga Rohingnya. “Segera akhiri operasi militer yang kejam saat ini.”
Wartawan BBC Masuki Permukiman Rohingya, Inilah Kesaksiannya
BACA JUGA: Pak Tito Juga Muslim, Jadi Sangat Prihatin soal Rohingya
Komisoner Tinggi HAM PBB Zeid Ra'ad Al Hussein.
BACA JUGA: Pak Tito Akan Dekati Kepolisian Myanmar agar Setop Kekerasan
Saat ini sekitar 294 ribu warga muslim rohingya telah mengungsi ke Bangladesh sejak kekerasan meletus di Negara Bagian Rakhine pada akhir Agustus lalu. Namun, militer Myanmar berdalih operasi keamanan itu sebagai tindakan melawan pemberontak militan Rohingya yang menewaskan 12 polisi pada 25 Agustus lalu.
Pekan lalu wartawan BBC Jonathan Head mengonfirmasi pengakuan para warga etnis Rohingya bahwa perlakuan keji dari otoritas dan warga sipil Myanmar memang benar adanya. Koresponden BBC untuk Asia Tenggara itu menyaksikan dengan mata kepala sendiri sisa-sisa kekerasan di Negara Bagian Rakhine di Myanmar yang menjadi tempat bagi etnis minoritas Rohingya.
Jonathan mengaku melihat desa muslim Rohingya dibakar oleh sekelompok Buddhis di Myanmar. Kesaksian Jonathan itu menepis bantahan pemerintah Myanmar selama ini yang terus menampik pengakuan tentang aksi keji terhadap warga sipil Rohingya sejak kekerasan meletus pada Agustus lalu.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKS Menanti Aksi Nyata Aung San Suu Kyi
Redaktur & Reporter : Antoni