Komjen Rycko Amelza Menyebut Pola Pergerakan Teroris Berubah Begini, Waspada

Kamis, 13 Juli 2023 – 10:03 WIB
Kepala BNPT Komjen Rycko Amelza soal perubahan pola pergerakan teroris. Dok Humas BNPT.

jpnn.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) menginformasikan bahwa penurunan aksi terorisme terjadi karena adanya perubahan pola pergerakan sel teroris dan masifnya penindakan oleh aparat penegak hukum.

Hal itu disampaikan Kepala BNPT Komjen Rycko Amelza Dahniel dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (12/7).

BACA JUGA: BPIP Bina Puluhan Eks Napi Teroris di Banten Agar Memiliki Ideologi Pancasila yang Kuat

"Sel-sel terorisme berubah pola gerakannya dari yang hard jadi soft approach, di atas permukaan mereka menggunakan jubah agama, di bawah permukaan mereka melakukan gerakan ideologis secara masif dan terstruktur," ujarnya.

Pernyataan itu disampaikan Komjen Rycko Amelza dalam kegiatan bedah buku Radikalisme, Terorisme, dan Deradikalisasi di Indonesia karya As SDM Polri Irjen Dedi Prasetyo dan anggota Kompolnas Mohammad Dawam, kemarin.

BACA JUGA: Dahlan Iskan: untuk Melahirkan UU Kesehatan Tidak Perlu 1.000 Kali Rapat

Komjen Rycko menyebut fenomena penurunan serangan teror dari 2018 sampai dengan 2022 seperti teori gunung es.

Kini kelompok penganut paham kekerasan tidak lagi secara terang-terangan menunjukkan eksistensinya melalui serangan fisik, tetapi melalui pendekatan lunak yang dibungkus dengan narasi dan simbol keagamaan.

BACA JUGA: Pembunuh Janda Muda di Madiun Ditangkap di Pekanbaru, Sadis! Ini Motifnya

Hal itu mesti diwaspadai karena dia menilai tidak sedikit masyarakat yang terhasut dengan narasi tersebut, bahkan secara sadar setuju untuk melakukan kekerasan atas nama agama.

Komjen Rycko menegaskan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan intoleransi.

"Tidak ada agama satu pun yang mengajarkan tentang kekerasan, yang tidak bisa menerima perbedaan," tuturnya.

Eks Kalemdiklat Polri itu menyampaikan bahwa kerja sama merupakan kunci untuk memutus mata rantai radikalisme dan terorisme.

Oleh karena itu, seluruh unsur di negeri ini harus terlibat dalam pencegahan.

"Dalam menghadapi masalah atau fenomena sosial seperti ini, kami tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, multi-stakeholder collaboration is a must, semua berkolaborasi," ujar Rycko.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler