jpnn.com, MANILA - Presiden Joko Widodo memanfaatkan waktu luang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-30 di Filipina, menghadiri KTT kerja sama sub regional ASEAN, yakni KTT Brunei Indonesi Malaysia Phillipines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) ke-12 dan KTT Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT) ke-10.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang turut mendampingi Jokowi pada kedua KTT kerja sama sub regional tersebut mengatakan, konektivitas merupakan bentuk kerjasama yang konkrit bagi negara-negara anggota BIMP-EAGA.manila
BACA JUGA: Jokowi: Ini Tonggak Sejarah Baru Indonesia-Filipina
"Peluncuran Ro-Ro Davao - General Santos - Bitung merupakan implementasi konkrit kerja sama BIMP - EAGA," kata Retno, Minggu (30/4).
Kerja sama konektivitas ini juga mendukung upaya pemerataan di antara negara-negara anggota karena melibatkan unsur pemerintah daerah. Sehingga, kerjasamanya benar-benar sangat konkrit.
BACA JUGA: Jokowi Ajak Malaysia-Thailand Lawan Kampanye Hitam Kelapa Sawit
Di dalam pertemuan BIMP-EAGA yang dihadiri Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah, Presiden Jokowi, Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak dan Presiden Filipina Duterte itu, disepakati adanya dokumen BIMP-EAGA Vision (BEV) 2025.
Dokumen tersebut, ucap Retno, akan menjadi panduan dan arah kerja sama BIMP-EAGA sampai tahun 2025. BIMP-EAGA ini akan menjadi building block bagi penguatan kerja sama ASEAN dan dapat mendukung upaya untuk menjadikan ASEAN tetap relevan.
BACA JUGA: Rieke Sarankan Jokowi Fokus di Sektor Industri
"Karena ini sangat dekat dengan rakyat di wilayah-wilayah perbatasan terutama. Building block ini akan sangat mendukung kerja sama ASEAN, termasuk di antaranya dalam konteks ASEAN Community," tutur Retno.
Dia menyebutkan, Presiden Jokowi dalam forum itu menyampaikan bahwa peluncuran BEV 2025 ini akan mendorong peningkatan proyek investasi pada dua koridor ekonomi yang ada yaitu koridor West Borneo dan juga koridor Greater Sulu - Sulawesi Economic Coridor.
Setidaknya, Indonesia telah memasukkan 16 proyek infrastruktur dalam dokumen tersebut antara lain pembangunan jalan di Tanjung Selor, Pontianak, Entikong, Manado-Bitung, Balikpapan-Samarinda. Kemudian proyek pembangunan rel kereta api Makassar - Pare-pare, pembangunan pelabuhan Manado, Bitung, Makassar, pembangunan terminal internasional di Kalimantan Barat dan juga proyek tenaga listrik di Kalimantan Utara.
"Kita melihat bahwa kerja sama ini sangat potensial. Karena pertumbuhan ekonomi di wilayah ini misalnya rata-rata per tahun itu tumbuhnya 6,4 persen, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ASEAN 4,7 persen," pungas menlu.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Serukan Stabilitas di Semenanjung Korea
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam