Warga Australia di pinggiran kota Perth ternyata tidak terlalu menyukai konsep hunian apartemen. Salah satu alasan utamanya adalah keengganan bertemu secara kebetulan dengan tetangga yang asing dan beragam.
Warga Kota Perth lebih memilih perumahan dengan ruang berbagi yang minimdan kesempatan terbatas untuk bertemu mendadak atau bersinggungan dengan tetangga.
BACA JUGA: 16 Seniman Indonesia Tampilkan Karyanya di Festival Seni Multikultur Australia
Temuan ini terungkap dari riset yang dilakukan Shohreh Nematollahi, peneliti dari Fakultas Perencanaan Tata Kota dan Kawasan Universitas Curtin. Dalam riset ini, Nematollahi mensurvey sekitar 300 orang di tiga kawasan di pinggiran kota Perth yakni Canning Bridge, Cannington dan Wellard. Dari survey ini diketahui kalau mayoritas warga di kawasan itu mengakui pertumbuhan populasi di Kota Perth mendorong kebutuhan hunian padat dengan banyak lantai seperti apartemen. Meski demikian mereka pada umumnya menolak jika jenis hunian seperti itu dibangun di lingkungan mereka yakni kawasan pinggiran kota Perth. "Mereka pikir jenis hunian seperti itu baik untuk orang lain tetapi tidak bagi diri mereka sendiri," katanya. Dalam kuesionernya peneliti meminta warga membayangkan jika dilingkungan mereka akan dibangun apartemen dan mereka harus tinggal disana dan hidup berdampingan dengan banyak tetangga. "Sebagian dari isu yang dilontarkan warga ketika membayangkan tinggal di apartemen adalah hal-hal yang bersifat fisik, seperti berisik. Mereka juga mempersoalkan isu sosial, dimana keragaman tampaknya menjadi hal yang paling tidak mereka harapkan di lingkungan tempat tinggalnya,” Dalam riset ini Nematollahi juga mendapati kalau ternyata warga yang disurvey memilih untuk menjaga jarak atau ruang bagi diri mereka sendiri. “Warga ternyata tidak menyukai kemungkinan mereka harus bertemu secara mendadak atau bersinggungan dengan tetangga, terutama yang memiliki latar belakang etnis dan strata penghasilan berbeda,” "Semua orang ingin mempertahankan ruang pribadi atau jarak - itulah pesan kuat yang saya temukan dalam riset ini,” katanya. Meski dipandang sebagai bentuk investasi yang sangat potensial, tapi warga juga khawatir mendapat penyewa apartemen yang bersikap negatif. Sementara itu menurut Nematullohi, meski ada sikap negatif warga yang kuat terhadap konsep hunian apartemen, namun masih ada ruang untuk mengubah perilaku warga ini. "Banyak dari warga yang saya wawancarain mengaku mereka terpengaruh dengan pemberitaan di media makanya mereka merasa takut dengan orang yang tidak mereka kenal atau terlihat berbeda,” "Mereka yang sudah lebih dahulu memiliki pengalaman bekerja di lingkungan atau tetangga yang lebih beragam sikapnya lebih positif,” Dan menurutnya perilaku semacam ini di Australia tidak terlalu mengakar seperti di AS atau Eropa dan karenanya masyarakat Australia masih memiliki peluang besar untuk diubah sikapnya. "Saya kira sebagai negara baru Australia sangat potensial untuk bereksperimen dengan strategi sosial,” Dalam penelitian ini juga diketahui kalau warga lebih bisa menerima konsep hunian padat dengan jumlah lantai yang tidak terlalu tinggi yakni kurang dari 4 lantai dan memiliki jarak yang cukup luas antar unitnya.
BACA JUGA: Bisnis di Darwin Didenda Karena Bayar Pekerja Asing Rp 50 Ribu Per Jam
BACA JUGA: Pejabat di Queensland Bersalah dalam Kasus Nepotisme
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sambut Anies Baswedan, Menlu Australia Kenang Kunjungannya ke Tanah Abang