jpnn.com - JAKARTA - Kontribusi anak-anak merdeka itu diakui Imron Zuhri, Chief Technical Officer dari Dattabot. Dia menyaksikan hal itu benar-benar terjadi.
Menurut Imron, di perusahaannya, anak-anak ini menciptakan hal-hal yang luar biasa tanpa perlu diperintah. Dan talenta-talenta ini tidak mungkin didapat dalam sistem sekolah umum.
BACA JUGA: Bang Ruhut Terancam Sanksi Berat karena Ogah Dukung Anak SBY
"Anak sekarang sudah agak malas kerja di perusahaan mapan, maunya perusahaan yang keren. Terbayang talenta yang dibutuhkan seperti apa,” kata Imron Zuhi Bincang Santai Pendidikan Yang Memerdekakan untuk Zaman Yang Berubah, Minggu (16/10, di Jakarta.
Untuk itu, dia mencari talenta-talenta merdeka dengan cara memfasilitasi anak-anak bekerja menjadi dirinya sendiri. "Di situlah makna memerdekakan, menempatkan orang sesuai habitatnya,” ungkapnya.
BACA JUGA: MenPAN-RB Bakal Kawal Laporan Masyarakat Soal Pungli
Sementara itu, Resita Kuntjoro, seorang pengajar Design Grafis di Universitas Binus, menggambarkan peran orang tua dalam membimbing anak merdeka berdasar pengalaman hidupnya. membagikan pengalamannya sebagai anak yang dimerdekakan oleh orang tuanya.
“Dulu saya kerjanya hanya coret-coret dinding dan orangtua saya tidak masalah,” ujar dia.
BACA JUGA: Jokowi Turun Tangan Urusi Pungli untuk Alihkan Isu?
Melihat gejala itu, kedua orangtuanya memfasilitasi dia agar bisa terus menggambar. Dia pun dapat kesempatan menyalurkan talenta sehingga akhirnya di umur 12 tahun banyak mengikuti lomba gambar hingga tingkat internasional.
Di situlah dia menemukan sendiri apa yang diinginkan, maka jadilah dia seorang desainer grafis. Sekarang, pola pendidikan yang memerdekakan itu pun dia terapkan kepada mahasiswanya.
Bahkan dia juga memilih memasukkan anak kandungnya di sekolah alternatif agar dapat berkembang berkembang menjadi dirinya sendiri, yang mana itu tidak akan didapatkan di sekolah umum.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MenPAN-RB Siapkan Aturan untuk Pecat PNS Pungli
Redaktur : Tim Redaksi