Kontribusi Migas Belum Maksimal

Minggu, 14 Juli 2019 – 02:43 WIB
Ilustrasi eksplorasi migas. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, BALIKPAPAN - Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Syaifudin mengatakan, pihaknya menyadari ada isu-isu negatif dalam industri perminyakan dan gas bumi.

“Bukan hanya ke arah dana bagi hasil (DBH), justru lebih ke multiplier effect dari sisi tenaga kerja sampai penyediaan barang dan jasa oleh kontraktor lokal,” ucapnya, Jumat (12/7).

BACA JUGA: 10 Perusahaan Kaltim Segera Masuk Pasar Modal

Bahkan dari sektor industri itu juga menghasilkan pajak yang nilainya cukup besar.

“Artinya, dampak manfaatnya ke ekonomi dan pembangunan daerah cukup nyata,” sambungnya.

BACA JUGA: Rasio Kredit Macet Meningkat

BACA JUGA: 4 Faktor yang Memengaruhi Industri Ritel

Dia mencontohkan Balikpapan yang tidak memiliki pertambangan batu bara, tetapi merasakan manfaat dari industri emas hitam tersebut. Di antaranya berupa kantor perusahaan yang berpusat di Balikpapan.

BACA JUGA: Ayah Sering Masuk Kamar Anak Tiri, Pura-Pura Ambil HP, Astagaaaa

“Kontraktor-kontraktor juga di sini. Jadi Balikpapan dapat multiplier effect. Orang akhirnya berkegiatan ekonomi di sini, belanja di sini, menginap dan makan, pajak-pajaknya kan berputar,” sebutnya.

Pemerhati Ekonomi dari Universitas Mulawarman Aji Sofyan Effendi, menjelaskan, dana bagi hasil migas masih belum memberikan kontribusi nyata. Seperti miskin manfaat di tengah anggapan Kaltim kaya sumber daya alam.

“Sebanyak 90 persen pendapatan Kaltim bersumber dari dana transfer pusat, 80 persen dari itu berasal dari industri migas dan batu bara. Cadangan minyak Indonesia cuma 0,5 persen dari cadangan dunia,” tegasnya.

Namun, dia mengakui kontribusi SKK Migas beserta perusahaan minyak dan gas cukup terasa di Kaltim.

Hal itu terlihat dari ratusan jumlah kontraktor serta sub kontraktor yang terlibat dalam kegiatan hulu.

“Yang bisa kita lihat itu serapan tenaga kerja dengan menghasilkan pemasukan per kapita naik dan angka kemiskinan menurun. Namun, jangan terbiasa bergantung dari DBH. Harus ada inovasi,” imbuhnya

Aji Sofyan membeberkan, dana bagi hasil yang pembangunan ekonomi di wilayah Kaltim sangat minim.

"Miris saya, Kaltim yang kaya akan produksi minyak dan gas ternyata 82 persen di dalamnya masih ada desa tertinggal," katanya

Melihat kondisi itu, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman ini merancang formula bagaimana agar dana bagi hasil migas bisa dimanfaatkan untuk membangun desa tertinggal.

“Kan ironis. Sebagai daerah penghasil migas terbesar, tetapi 82 persen desanya tertinggal.  Dengan bahasa yang simpel ini perlu kita carikan solusi. Solusinya itu DBH merupakan pertambahan alokasi DBH plus alokasi formula,” katanya.

Selain DBH pemanfaatan Partisipasi Interest (PI) juga bisa diformulasikan untuk membangun desa tertinggal di Kaltim.

Dana corporate social responsibility (CSR) juga bisa dimaksimalkan. Namun, program ini belum berjalan maksimal. (aji/ndu/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Modus Ayah Lampiaskan Nafsu pada Anak Tiri, Terlalu


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler