jpnn.com - JAKARTA – Adhyaksa Dault mengatakan, tutupnya beberapa perusahaan besar asing di Indonesia disebabkan krisis global. Beberapa perusahaan itu di antaranya ialah Ford Indonsia dan Toshiba.
“Selain terjadi karena dampak krisis ekonomi global juga dikarenakan kebijakan ketenagakerjaan yang kurang bersahabat bagi investor,” terang Adhyaksa, Minggu (7/2).
BACA JUGA: Operator Bisnis Telekomunikasi Harus Beretika Dalam Bersaing
Adhyaksa menilai, tingginya upah minium regional (UMR) serta iklim perpajakan yang memberatkan juga menjadi penyebab. Situasi makin parah karena pemerintah dinilai lambat beraksi.
“Misalkan dengan memberikan insentif di masa-masa krisis. Bisa penurunan tarif listrik, keringanan pajak maupun deregulasi untuk kemudahan-kemudahan diversifikasi dan insentif untuk perusahaan yang melakukan inovasi,” ujar mantan Ketua KNPI itu.
BACA JUGA: Inilah Jumlah Pekerja Panasonic yang Kena PHK
Dia menambahkan, perlu ada aturan yang mengharuskan perusahaan berkonsultasi secara intensif ke pemerintah. Bukan hanya pada Kementerian Tenaga Kerja, namun juga instansi lain.
Adhyaksa mengatakan, rakyat saat ini butuh pekerjaan. Bila PHK tak dihindarkan, pemerintah harus punya opsi mengatasi pengangguran. “Harus ada balai latihan kerja untuk melatih keterampilan baru yang dibutuhkan industri padat karya. Selain itu, kembangkan juga unit-unit koperasi dan UKM di setiap wilayah,” imbuh mantan Menpora itu.
BACA JUGA: SIMAK! Penjelasan Pejabat soal Kabar 13 Perusahaan Bakal PHK Massal
Distribusi peluang kerja, sambung Adhyaksa, juga harus merata. Hal itu bisa dilakukan karena modalnya relatif kecil dan tak membutuhkan infrastruktur yang canggih.
“Saya menyayangkan situasi krisis ekonomi di negara kita seolah ditutupi. Kita dijejali oleh pemberitaan akan suksesnya pembangunan infrastruktur yang dibiayai utang jangka panjang baik oleh pemerintah maupun swasta. Kenyataannya kita sedang menghadapi krisis,” tegas Adhyaksa. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perang Diskon di Tahun Baru
Redaktur : Tim Redaksi