KOPMAS Beber Temuan Kesalahan Konsumsi Kental Manis oleh Masyarakat, Astaga!

Rabu, 15 Februari 2023 – 00:07 WIB
Ki-Ka: Pengamat Sosial dari UI Devie Rahmawati, dokter spesialis anak dr. Agnes Tri Harjaningrum,  MSc., Sp.A., Sekjen KOPMAS Yuli Supriaty. Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Koalisi Perlindungani Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) telah mengumpulkan banyak temuan lapangan mengenai kesalahan konsumsi kental manis oleh masyarakat, terutama pada balita dan anak-anak. 

Selain alasan harga produk kental manis yang ekonomis serta tersedia dalam kemasan sachet, pada umumnya masyarakat mengaku tidak paham alasan kental manis tidak baik diberikan sebagai susu untuk anak. 

BACA JUGA: Dokter Tan Ungkap Bahaya Mengonsumsi Susu Kental Manis, Ternyata

"Temuan ini menunjukkan bahwa edukasi dan sosialisasi gizi belum menjangkau masyarakat secara luas," kata Sekjen KOPMAS Yuli Supriaty dalam diskusi media bertajuk “Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak, dan Peran Media Sosial” di Jakarta, Selasa (14/2).

Selain itu, ujarnya, transparansi kandungan gula dalam produk kental manis minim.

BACA JUGA: Masih Banyak Orang tua yang Memberi Anaknya Susu Kental Manis, GKIA: Itu Tidak Boleh

Produsen juga tidak melakukan edukasi kandungan produk serta marketing dan promosi produk yang hingga saat ini masih kerap menyasar ibu dan balita.  

Yuli memaparkan hasil temuan timnya di lapangan seputar konsumsi kental manis sebagai susu pengganti untuk anak. 

BACA JUGA: Jangan Terlalu Sering Konsumsi Susu Kental Manis, Ini 5 Bahayanya

Selama ini saat tim KOPMAS terjun langsung ke lapangan pada 2020 - 2022, mereka menemukan banyak masyarakat terutama orang tua yang masih memberikan kental manis sebagai pengganti susu untuk anaknya. 

"Hal ini sangat kami sayangkan dan ini menandakan masih minimnya tingkat edukasi dan literasi di kalangan masyarakat hingga kurangnya akses informasi bagi masyarakat," ucapnya.

Dia meminta berbagai pihak terkait berkolaborasi terkait pencanangan peningkatan literasi gizi untuk masyarakat seputar temuan konsumsi kental manis. 

Lebih lanjut, Yuli menjelaskan jika temuan dari KOPMAS ini karena kurangnya literasi gizi dan minimnya sosialisasi bagi masyarakat, terutama para Ibu. 

Ke depannya kata Yuli, semua pihak dan stakeholder harus satu suara dalam mengedukasi para orang tua mengenai pemberian kental manis bagi anaknya yang ternyata kandungan di dalamnya yang lebih banyak gula.

Dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum,  MSc., Sp.A., menyampaikan anak yang diberi kental manis secara terus-menerus secara tidak langsung akan memengaruhi tumbuh kembang anak tersebut. 

"Kalau bayi atau anak-anak yang mengonsumsi kental manis ini memang tidak berdampak langsung, tetapi melalui proses sehingga pada akhirnya menjadi diabetes," jelas dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Permata Depok ini.

Lebih lanjut, dokter Agnes menjelaskan berdasarkan data dari World Health Organization, kandungan gula yang harusnya dikonsumsi, yaitu di bawah 10% dari total kalori.

Kental manis sendiri, tambahan gulanya sekitar 19 gram, kalau dikonversi sekitar 58 persen. Ini menurut dokter Agnes sudah sangat jauh dari batasannya

Senada dengan Yuli, dr. Agnes menjelaskan bahwa kandungan yang terdapat dalam kental manis, bukan merupakan susu, tetapi sirop rasa susu. 

Pengamat Sosial Devie Rahmawati mengatakan fenomena orang tua terutama Ibu dalam memberikan kental manis bagi anaknya berawal dari ketidaktahuan masyakarat akan kandungan yang terdapat dalam kental manis. 

Masifnya informasi di media sosial dan rendahnya literasi masyarakat menjadi salah satu bukti bagaimana masyarakat masih salah persepsi terkait kental manis, sambung Devie. 

Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia ini pun menuturkan pemanfaatan media sosial yang efektif harus terus disosialisasikan kepada masyarakat.

Hal ini untuk memperluas jangkauan sosialisasi masyarakat. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata Masih Banyak Ibu Kasih Kental Manis sebagai Susu pada Balita


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler