BANDUNG - Korban bencana gempa bumi yang mengguncang Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB) kian meranaKini, bantuan bahan pokok makanan sudah habis tak tersisa
BACA JUGA: Braga Festival, Ramai Tapi Sepi
Tak heran, jika mereka terpaksa memakan kerupuk sebagai lauk pauk.Tak hanya itu, selain orang dewasa tak sedikit dari mereka yang berusia dini terpaksa tidur di tenda-tenda pengungsian yang mengambil lahan bekas kandang sapi
BACA JUGA: Isu Uang Lauk Pauk Dihapus, PNS Resah
Dengan kata lain, mereka harus berbagi dengan hewan penghasil susu tersebut untuk tidur di malam hari.Sani Robiani (30), warga RT 03, RW 15, Kampung Muril Rahayu, mengatakan dia dan keluarganya terpaksa memakan kerupuk
BACA JUGA: Calon Haji Prioritas Urus E-KTP
Tapi, kita tetap harus makan," katanya saat ditemui di tenda yang berada di kandang sapi, Sabtu (24/9).Ia mengakui, tinggal di tenda tersebut bersama enam kepala keluarga (KK) dan 20 orangTerakhir, kata dia, bantuan yang diterima itu berupa telur pada Kamis (22/9)"Kamari mah teu aya bantosan pisan(Kemarin tidak bantuan sama sekali)," imbuhnya yang diamini Cucu (50).
Ketiadaan bantuan bahan pokok itu dibenarkan Bendahara Posko Bencana Kampung Muril Rahayu Banan Maulana (30)Terkadang, dirinya bingung dengan tidak adanya bantuan bahan pokok yang harus dibagikan"Bantuan terakhir yang dibagiakan itu berupa telur sebanyak 540 butirTelur-telur itu berasal siswa SD Pameungpeuk Desa PasirhalangSebelumnya, bantuan pun datang dari mahasiswa Unisba, LSM-LSM, SD Jambudipa 1, dan SMAN CisaruaKalau dari pemda, itu sudah habisPada 19 September bantuan itu sudah di-stop dari sana (Pemerintah, Red)," bebernya.
Banan mengeluhkan sikap pemerintah yang mulai dari awal mengacu pada angka sembilan KK yang menjadi korban gempa tersebutPadahal, kata dia, di RW 15 itu tercatat sebanyak 417 jiwa dari 114 KK yang menjadi korban"Dan, kalau rumah ada sekitar 30 rumah yang rusak," tambahnya.
Di samping itu, dia menjelaskan saran yang dikatakan peneliti dari Badan GeologiYakni, warga setempat sebaiknya mengadakan latihan rutin setidaknya tiga bulan sekali untuk evakuasi jika sewaktu-waktu gempa kembali mengguncang"Itu harus dilakukan karena gempa itu tidak bisa diprediksikan," ucanya.
Diberitakan sebelumnya, total pengungsi sebanyak 417 orang, 300 warga di antaranya terpaksa kembali ke tenda-tenda pengungsianPasalnya, Selasa (20/9) malam dan Rabu (21/9) dinihari di Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, KBB kembali terjadi gempa bumi susulanTak pelak, delapan tenda yang didirikan sejak awal September ini kembali dipenuhi pengungsi yang takut tidur di dalam rumah.
Gempa susulan tersebut dirasakan warga yang berada di RT 01 dan 03 RW 15, Kampung Muril RahayuWarga RT 1, Eni Daryani (70) menuturkan gempa yang terjadi sebanyak dua kali tersebut terjadi pada pukul 21.00 dan 04.00 keesokan harinya"Waktu gempa di malam hari itu warga di sini semua keluar rumahPadahal, kita baru berani pulang ke rumah itu sudah merasa aman, tapi, ada gempa lagi," katanya saat ditemui di lokasi kejadian, Rabu (21/9) lalu.
Kini, di musim penghujan warga yang mengungsi itu harus rela kehujananKondisi itu diamini Ika Kartika (55) warga RT 03 yang tidur di tenda terpal"Khusus di tenda ini, dihuni 8 KK dengan 28 orangTerus kalau malam, ya, kedinginanTapi, karena banyak orang jadi terasa hangatKita juga di sini pernah kehujanan," ucapnya seraya mengatakan lahan untuk mendirikan tenda tersebut merupakan bekas kandang sapi yang sudah tak terpakai lagi.
Syamsudin mengakui kini bantuan bahan pokok itu dihentikan"Sejak 19 September itu bantuan dari pemerintah distopDan kita di posko bencana ini sudah tidak menerima bantuan dari pemerintahKalau pun ada, bantuan itu berasa dari simpatisan," tandasnya
Ia menambahkan, kini bahan pokok yang tersisa hanya dua kuintal beras dan beberapa dus mi instan yang jika dibagikan sekali saja sudah habis(don)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati-Wabup Acut Dinonaktifkan
Redaktur : Tim Redaksi