Korban Kapal Tenggelam Terombang-ambing di Laut 23 Jam, Makan Gabus Pelampung

Selasa, 29 Agustus 2017 – 00:05 WIB
Yafet Dirong (kanan) dan Meidy, dua korban tenggelamnya KM Baku Sayang 03 bersama Kapolsek Rural Siau timur Iptu Tedi Malamtiga, pekan lalu di Sitaro. Foto: Steward Noho/Radar Manado/JPNN.com

jpnn.com - Meidy Bukanusa (39) merupakan salah satu korban selamat tragedi tenggelamnya Kapal KM Baku Sayang 03 di perairan Tagulandang, Kepulauan Sitaro, Sulut, Sabtu (19/8).

Dia terombang-ambing selama 23 jam melawan kerasnya gelombang di laut lepas Samudera Pasifik itu.

BACA JUGA: Mata Mustafa Sudah Rabun, Tetap Melaut Demi Enam Anaknya

Laporan Erga, Sitaro

WAJAH Meidy masih kelihatan pucat. Gerak tubuhnya belum prima, kalau berjalan masih pelan. Pemuda berkulit sawo ini mencoba tersenyum saat mengisahkan perjuangan dia kepada wartawan Radar Manado (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Kisah Madonna, Sarjana Mengajar 7 Mata Pelajaran di SMK

Meidy terpaksa mengambil langkah yang berani, sesaat setelah kapal tenggelam ke dasar laut.

Ia berenang dengan bantuan baju pelampung yang dikenakannya, meski dihantui rasa takut yang cukup dalam menghadapi kerasnya badai dan ombak di lautan lepas itu.

BACA JUGA: Kisah Bupati Cantik Diadang Ombak, Terdampar, 7 Jam Hilang Kontak

"Berenang sekitar jam 6 pagi hari Minggu, sampai jam 5 hari Senin pagi, dan yakin bahwa saya akan temukan daratan dan minta tolong," ungkap Meidy.

Aksi heroik Meidy yang kemudian berbuah manis itu dilakukannya pada kondisi dunia gelap gulita dan terombang ambing di lautan lepas tanpa melihat tanda-tanda adanya daratan. B elum juga kondisi tubuh yang sudah lemas dan ancaman serangan makhluk laut.

"Saya saat itu juga sangat takut dengan gelombang tinggi dan ikan yang bisa saja menyerang saya. Belum lagi saya sudah lapar sehingga sempat makan gabus dari baju pelampung," tutur Meidy dengan nada tertatih-tatih.

"Saat makan gabus, rasanya tidak terasa sama sekali dan langsung saya telan," tambahnya.

Meidy yang terlihat masih trauma dengan peristiwa yang menimpa seluruh kru kapal KM Baku Sayang 03 tersebut, akhirnya menemukan seorang nelayan yang menggunakan perahu katinting.

Hatinya senang. Ada harapan hidup yang dirasakan. Ia pun sangat merasa senang dan memiliki harapan bahwa akan ada upaya penyelamatan terhadap teman-temanya yang lain.

"Setelah saya melihat ada perahu nelayan saya senang sekali, dan langsung berteriak tolong....tolong,... Sambil mengibas baju pelampung di udara, sampai nelayan tersebut menghampiri saya dan memberikan pertolongan," ujar Meidy.

Setelah sampai di daratan dan diketahui tempat penyelamatan dirinya pertama itu adalah pulau Buhias Kecamatan Siau Timur, Kabupaten Sitaro.

Meidy langsung memberi kabar kepada nelayan yang menolongnya bahwa masih terdapat 10 orang temannya yang ada di kapsul kapal dan sedang terombang-ambing di laut lepas.

"Saya langsung bilang kalau teman teman saya banyak dan ada di kapsul masih di laut dan lainya terpisah entah di mana," terang Meidy.

Sementara, korban lain yakni Yafet Dirong (61) yang telah hanyut sejauh 25 mil dari pulau Siau, cerita dia bersama kawan-kawannya yang lain saat itu juga berupaya mencari pertolongan dengan menggunakan kotak kaca cermin yang ada di kapsul.

"Teman kita menemukan kaca cermin berbentuk kotak di kapsul dan langsung saya ambil dan saat itu sudah sekira pukul tujuh, ada kapal yang melintas, langsung saya pantulkan cahaya kaca ke kapal sehingga mereka datang dan menyelamatkan kami," ungkap Dirong.

Kapolsek Rural Siau timur Iptu Tedi Malamtiga pun mengapresiasi upaya yang ditempuh para korban yang berusaha mencari pertolongan.

"Saya salut dengan keberanian bapak ini dalam upaya upaya untuk mencari bantuan," ujarnya.(ctr06/fjr)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Heboh Siswi SMA Melahirkan di Semak, Pacar Lihat Video Persalinan di YouTube


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler