jpnn.com - MATARAM - Eks Bendahara Puskesmas Babakan berinisial WY, tersangka korupsi dana kapitasi periode pengelolaan tahun 2017-2019, ditahan penyidik Satreskrim Polresta Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kepala Satreskrim Polresta Mataram Komisaris Polisi Kadek Adi Budi Astawa di Mataram, NTB, Sabtu (10/9), membenarkan informasi perihal penahanan terhadap tersangka WY. "Penahanan kami laksanakan mulai hari ini seusai yang bersangkutan menjalani pemeriksaan perdana sebagai tersangka," kata Kadek Adi.
BACA JUGA: Pejabat Bapenda yang Hilang Ini Ternyata Saksi Kasus Korupsi, Terkait Penemuan Mayat di Semarang?
Dia menjelaskan pertimbangan penyidik melakukan penahanan, yakni mencegah tersangka menghilangkan barang bukti, mengulangi perbuatan dan melarikan diri.
Penahanan tersebut sesuai dengan penerapan Pasal 21 Ayat 1 dan Ayat 4 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang berkaitan dengan syarat objektif dan subjektif penahanan.
BACA JUGA: Korupsi Dana Kapitasi, Mantan Kepala Puskesmas Babakan Ditahan
Sebelum melakukan penahanan, penyidik memeriksa tersangka WY di ruang Unit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Satreskrim Polresta Mataram, mulai pukul 10.00 wita. "Ada sekitar 5 jam diperiksa, terus ditahan," ungkap Kadek.
Tersangka WY menjalani penahanan setelah ada pernyataan surat keterangan sehat dari rumah sakit. Kadek Adi memastikan pemeriksaan kesehatan terhadap WY sudah terlaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram. "Jadi, setelah dinyatakan sehat, kami langsung tahan di Rutan Polresta Mataram," kata dia.
BACA JUGA: Korupsi Dana BOS, Oknum Kepala Sekolah Ditangkap Kejati Bogor
Dalam kasus ini, penyidik menetapkan dua tersangka, WY bersama RH yang merupakan mantan Kepala Puskesmas Babakan. RH lebih dahulu ditahan, pada Kamis (8/9) malam.
Tersangka dijerat Pasal 2 dan atau Pasal 3 Juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 Ayat 1 Ke-1 KUHP.
Kadek Adi meyakinkan pihaknya menetapkan dua tersangka dalam kasus korupsi dana kapitasi ini dengan mengantongi empat alat bukti kuat. Salah satunya terkait hasil audit kerugian negara dengan nilai Rp 690 juta.
Dana kapitasi Puskesmas Babakan diterima dalam periode bulanan.
Besarnya dana yang berasal dari BPJS Kesehatan dan disalurkan melalui dinas kesehatan ini berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKPT), dalam hal ini puskesmas.
Dana kapitasi yang diterima puskesmas kemudian dikelola berdasarkan tata cara pelaksanaan dalam merealisasikan anggaran dan pertanggungjawaban.
Realisasinya, telah diatur dalam Permenkes RI Nomor 21 Tahun 2016.
Aturan menteri itu berkaitan penggunaan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional untuk jasa pelayanan kesehatan (jaspelkes) dan dukungan biaya operasional pada FKPT milik pemerintah daerah (puskesmas).
Pada komponen operasional, dana kapitasi digunakan untuk biaya pembelian obat, pengadaan alat kesehatan, bahan medis habis pakai, pelayanan kesehatan dalam gedung dan luar gedung.
Ada juga untuk operasional dan pemeliharaan dalam kegiatan puskesmas keliling, bahan cetak dan alat tulis kantor, biaya administrasi, koordinasi program, sistem informasi, peningkatan sumber daya manusia, dan pemeliharaan sarana dan prasarana.
Selain untuk operasional, ada juga dana kapitasi yang mengalir untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan (jaspelkes). Persentase mencapai 60 persen dari jumlah dana kapitasi.
Jaspelkes ini disalurkan kepada tenaga kesehatan maupun nonkesehatan pada Puskesmas Babakan. Nilainya berdasarkan jenis ketenagaan, jabatan, dan jumlah kehadiran.
Kemudian untuk jumlah peserta yang terdaftar pada FKTP di Puskesmas Babakan mencapai 15 ribu orang dari empat kelurahan di Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram.
Dalam kurun waktu setahun tercatat Puskesmas Babakan menerima rata-rata penyaluran dana kapitasi sebesar Rp 1,1 miliar. Karenanya, dana kapitasi yang diterima Puskesmas Babakan dalam periode 2017-2019, mencapai Rp 3,3 miliar. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi