KPK Dianggap Tebang Pilih Usut Suap SKK Migas

Kamis, 21 November 2013 – 09:53 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Jamil mengaku kecewa dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia menilai lembaga antirasuah pimpinan Abraham Samad itu tebang pilih mengungkap kasus dugaan suap yang melibatkan mantan Ketua SKK Migas, Rudi Rubiandini.

Nasir mengatakan bila KPK benar-benar serius mengunkap kasus tersebut maka banyak pejabat SKK Migas yang akan terjerat. "Kalau Rudi Rubiandini mau jadi justice collaborator pasti banyak pejabat SKK Migas yang diduga terlibat kasus itu. Kemungkinan juga Kepala SKK Migas sekarang ini. Itu tidak menutup kemungkinan. Sebab, di situ kan jejaring korupsinya,” ujarnya,  Rabu (20/11).

BACA JUGA: WNI di Australia Mulai Risau

Makanya, Nasir menyayangkan upaya penuntasan kasus SKK Migas ini hanya menyentuh pejabat-pejabat di tingkat bawah. Padahal, momentum ini sangat tepat untuk membersihkan SKK Migas dari para koruptor.

“Nampaknya memang yang dijerat itu belum menyentuh level atasnya. Sementara di level atas SKK Migas saat ini, dengan sistem yang tertutup, kemungkinan besar berpotensi banyak penyalahgunaan kekuasaan di level atas. Kalau sudah diperiksa dan ada indikasi kuat menerima atau memediasi suap, tangkap dong,” tegasnya.

BACA JUGA: Wamenlu Temui Dirjen Kemenlu Saudi Bahas Penanganan WNI

Nasir pun lantas menyayangkan profesionalisme KPK. Ia khawatir, bila kinerja tidak diperbaiki maka bisa jadi KPK juga akan bernasib sama dengan Mahkamah Konstitusi (MK) yang kepercayaannya terus menurun.

"KPK bisa bernasib sama dengan Mahkamah Konstitusi yang saat ini mengalami krisis kepercayaan publik,” imbuhnya.

BACA JUGA: KRI Teluk Peleng Karam di Perairan Jakarta

Penuntasan kasus korupsi di tubuh SKK Migas juga datang dari Koalisi Anti Widjanarko (KAWAN). Sebelumnya massa Kawan melakukan unjuk rasa di depan gedung KPK untuk mendesak agar lembaga yang dipimpin Abraham Samad itu segera menetapkan Johanes Widjanarko sebagai tersangka suap SKK Migas. “Kami menuntut agar KPK segera tangkap dan adili Johanes Widjanarko sebagai mediator suap SKK Migas,” ujar Koordinator aksi, Andhika Febriandanu.

Bahkan aktivis mahasiswa ini mengendus adanya aliran dana suap dengan jumlah yang sangat fantastis mencapai USD 600.000 yang diduga diatur oleh Johanes Widjanarko yang kala itu masih menjabat sebagai Wakil Kepala SKK Migas.

“Widjanarko ikut mengatur setoran uang haram senilai 600.000 Dolar dari para mafia tender migas. Widjanarko adalah dalang di balik skenario untuk menjebak dan menjatuhkan Rudi Rubiandini,” tegasnya.

Mereka juga meminta agar Abraham Samad turun tangan mengawasi jalannya pemeriksaan kasus SKK Migas ini. Pasalnya, dari audiensi dengan jajaran KPK, aliansi mahasiswa ini menangkap sinyal bahwa kasus SKK Migas ini akan dibonsai. “Samad harus bertanggung jawab memastikan KPK bekerja tanpa pandang bulu. Ada upaya sistematis untuk memanipulasi kasus ini, KPK jangan sampai dibeli oleh kaki tangan mafia migas,” imbuhnya.

Menanggapi kisruh seputar penyelidikan SKK Migas ini, juru bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), Ma’mun Murod Albarbasy, tidak kaget apabila independensi KPK diragukan banyak pihak. “Saya kira tidak aneh itu. Kita tidak usah berharap banyak pada KPK, karena proses rekrutmen dan lain-lain itu tidak beres karena melalui proses politik. Maka tidak aneh jika banyak kasus yang ditangani KPK itu dipolitisir dan tebang pilih kasus. Penanganan kasus SKK Migas itu saya yakin by order semua. Saya yakin itu. Jangan heran bila ada nama-nama tertentu yang lantas hilang meski di dalam BAP sudah disebut dengan terang-benderang,” ujar Ma’mun, Rabu, (20/11). (jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengamat: Jangan Pilih Caleg Bodoh


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler