Kredit Bermasalah Sektor Tambang dan Manufaktur Bertambah

Senin, 12 September 2016 – 11:26 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Penyaluran kredit perbankan hingga akhir tahun nanti diprediksi tak akan menggembirakan. Kredit perbankan diprediksi bakal menurun sebesar 7-9 persen.

Penurunan kredit berasal dari pinjaman dalam mata uang asing.

BACA JUGA: Pelindo III Fokus Efisiensi Biaya Logistik

 ”Kredit valas negatif, kredit rupiah positif. Pengaruh valas negatif itu menurunkan pertumbuhan kredit,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo akhir pekan lalu.

Penurunan kredit dalam valuta asing terjadi karena kondisi perekonomian global masih lemah. Akibat lesunya permintaan mitra perdagangan global, nilai ekspor domestik turun.

BACA JUGA: Arief Yahya Optimistis Pariwisata Bisa Jadi Core Business Indonesia

Kondisi diperburuk dengan harga-harga komoditas ekspor yang melemah. ”Demand tidak tinggi, dampaknya jadi seperti itu,” terang mantan menteri keuangan tersebut.

Meski tahun ini kondisi perekonomian belum sepenuhnya pulih, Agus optimistis kondisi tahun depan bakal lebih baik. Pertumbuhan kredit tahun depan diprediksi mencapai double digit pada kisaran sebelas persen.

BACA JUGA: 2017, Bangun 11.400 Rusun

Meski demikian, Agus menekankan, realisasi pertumbuhan kredit bergantung pada pertumbuhan ekonomi yang disepakati 5,1 persen pada RAPBN 2017.

Jika pertumbuhan ekonomi tumbuh di atas 5,1 persen, terbuka kemungkinan pertumbuhan kredit lebih dari sebelas persen. Misalnya, pertumbuhan ekonomi dipatok 5,2 persen dan kredit diprediksi tumbuh 12 persen.

”Kami berharap sudah ada perbaikan dari sektor swasta. Mereka akan lebih aktif dan memulai investasi. Dari sisi pemerintah, meski ada sedikit konsolidasi fiskal, pembangunan infrastruktur juga diteruskan. Jadi, kami lihat akan lebih baik,” terang mantan Dirut Bank Mandiri tersebut.

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramadani menambahkan, angka kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di beberapa sektor meningkat, terutama di sektor pertambangan, manufaktur, dan transportasi. (dee/c5/noe/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tour Operator Kondang Eropa pun Ikut Pasarkan Wonderful Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler