Krisis Ekonomi, Saatnya Genjot Promosi

Harris Thayeb Terpilih Ketua PPPI 2008–2012

Minggu, 07 Desember 2008 – 03:05 WIB
Ketua PPPI 2008-2012 Harris Thajeb (kanan) bersama Sekjen PPPI AM Adhy Trisnanto. Foto: AGUNG WIJAYA/RADAR BANDUNG
JAKARTA - Turbulensi finansial global sebaiknya tidak menyusutkan secara drastis bujet promosi para perusahaanSebab, justru dalam kondisi inilah perusahaan dapat menangkap peluang untuk meningkatkan penjualan maupun citra.
”Memang krisis global, mau tidak mau, menurunkan bujet promosi para perusahaan

BACA JUGA: Lebih Lapang, Makin Futuristik

Tapi, semestinya itu tidak turun drastis karena bisa digunakan untuk tetap berpromosi,” ujar Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) 2008–2012 Harris Thajeb kepada Jawa Pos Sabtu (6/12)

Harris baru saja terpilih sebagai ketua PPPI dalam Kongres XIV PPPI di Bandung

BACA JUGA: Wapres Bahas PHK Karyawan PT RAPP

Adhy Trisnanto, yang pada kepengurusan PPPI 2005–2008 menjabat ketua internal organisasi dan pengembangan daerah, terpilih sebagai sekretaris jenderal (Sekjen).
Menurut Harris, dalam situasi seperti saat ini, para pelaku usaha di dunia periklanan memang dituntut berusaha lebih keras untuk menjaga profitabilitas
”Misalnya, para pelaku usaha di dunia periklanan harus mampu memberikan added value kepada para klien,” tuturnya

BACA JUGA: JK Minta Tambahan Pasokan Gas ke Pabrik Pupuk

Dia mencontohkan program riset hasil iklan yang mesti diberikan kepada klien agar mampu mengukur tingkat keefektifan bentuk promosi yang dihasilkan sebuah biro iklan
Dalam masa-masa mendatang, sambung dia, para perusahaan akan lebih selektif dalam mengucurkan dana promosiArah yang jelas, efektif, dan efisien bakal dilakukanTak ada lagi jorjoran iklan”Itu tantangan bagi pelaku usaha di dunia periklanan, bagaimana menyusun bujet yang efektif dan efisien, tapi sasaran iklan tetap tercapai,” ujarnya
Hal itu, kata dia, membutuhkan kemampuan riset dan pemilihan media iklan yang tepat guna dan tepat sasaran, baik untuk media cetak maupun media elektronik”Harus tahu betul, media cetak A, misalnya, ternyata lebih efektif daripada media B untuk kategorisasi tertentuBegitu pula sebaliknya,” jelasnya
Untuk tahun depan, kendati ada ancaman penurunan bujet promosi perusahaan, peluang besar ada pada iklan politik yang diprediksi booming seiring momentum pemilu legislatif dan presiden.
Ke depan, kata mantan ketua hubungan internasional PPPI itu, pihaknya akan banyak berkomunikasi dengan pelaku usaha periklanan di daerahSebab, selama ini masih ada kesan, SDM-SDM periklanan hanya menumpuk di kota-kota besar”Padahal, SDM di daerah tidak kalah banyakNanti, kita lebih rutin bersosialisasi dan berbagi bersama teman-teman di daerah,” tuturnya
Dia menilai, kota-kota seperti Surabaya, Malang, maupun Semarang, punya potensi SDM periklanan sangat besar dan tidak kalah dengan SDM-SDM dari biro iklan di JakartaDia menambahkan, satu keputusan kongres PPPI yang terbilang baru adalah diperluasnya keanggotaan PPPI ke para praktisi komunikasi yang lain, seperti perusahaan konsultan komunikasi publik atau konsultan PR dan konsultan komunikasi politik
Praktisi periklanan Ricky Pesik menambahkan, perluasan itu lebih menggairahkan industri kreatif di Indonesia”Yang penting, core business-nya pada penciptaan gagasan atau ide, bisa menjadi anggota PPPIIni bagian dari upaya terus menggairahkan semangat industri kreatif,” ujar ketua panitia Citra Pariwara 2008 itu(eri/iro)


Belanja Iklan

Tahun Omzet
 
2003     Rp 16 triliun
2004     Rp 22 triliun
2005     Rp 26 triliun
2006     Rp 30 triliun
2007     Rp 40 triliun
2008*     Rp 48 triliun
2009*     Rp 60 triliun

Ket * : Target

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Premium Turun, Permintaan Naik 50%


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler