Krisis Global di Depan Mata, Kamrussamad Minta KKSK Menyiapkan Antisipasi

Rabu, 05 Oktober 2022 – 21:10 WIB
Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad. ANTARA/Facebook/Kamrussamad

jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Fraksi Partai Gerindra Kamrussamad mengingatkan bahwa krisis finansial global di depan mata.

Dia menjelaskan salah satunya adalah karena perusahaan perbankan utama dunia, Credit Suisse, tengah mengalami permasalahan modal dan likuiditas yang berpotensi memicu krisis finansial global. 

BACA JUGA: Puan Ajak Parlemen Dunia Berkontribusi Menyelesaikan Krisis Global

Menurut dia, harga saham perusahaan bank investasi terbesar asal Swiss pun mengalami penurunan tajam sebesar 60 persen sejak awal tahun.

“Ini menjadi alarm bagi perekonomian Indonesia,” kata Kamrussamad, Rabu (5/10). 

BACA JUGA: Kebijakan Pemerintah Menaikkan BBM Dianggap Sebagai Upaya Menghadapi Krisis Global

Kamrussamad pun mewanti-wanti dampak krisis finansial global terhadap peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

“Kalau krisis global terjadi, dampaknya akan membuat target penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan sulit terealisasi,” ungkapnya.

BACA JUGA: Bamsoet Punya Jurus Atasi Ancaman Krisis Global, Simak nih!

Dia mengingatkan bahwa target kemiskinan yang ditetapkan pemerintah pada 2023 cukup optimistis, yakni 7,5 persen dan pengangguran di angka 6 persen. 

Padahal, lanjut dia, pada krisis global 2008, tingkat kemiskinan yang ditargetkan 11,5 persen di awal 2010 justru meningkat menjadi 13,5 persen.

Sementara target tingkat pengangguran terbuka sebesar 7,4 persen. 

Artinya, pemerintah perlu menyiapkan antisipasi agar dampak krisis global ini tidak berdampak besar terhadap kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.

“Kita tidak mau kejadian 2008 terulang,” tegasnya. 

Menurut dia, risiko gagal bayar atau spread swap default Credit Suisse telah mencapai level tertinggi selama satu dekade terakhr pada Jumat pekan lalu. 

Hal inilah yang menyebabkan harga sahamnya jatuh 60 persen sejak awal tahun.

“Jadi, ini tidak bisa dipandang main-main,” ungkapnya. 

Sebab, dia melanjutkan, apa yang terjadi dengan  Credit Suisse saat ini bisa menjadi pemicu krisis keuangan global. 

Menurut dia, hal inilah yang terjadi 2008 ketika Lehman Brothers, salah satu bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat, jatuh pailit dengan utang senilai USD 613 miliar. 

“Krisis ini merusak sistem perekonomian bukan hanya di AS sebagai negara tempat sumber krisis melainkan meluas ke Eropa dan Asia termasuk Indonesia,” katanya. 

Karena itu, politikus Partai Gerindra itu mengingatkan Indonesia harus segera mengantisipasi kondisi terburuk.

“Dampak dari krisis finansial ini menyentuh semua aspek,” ungkap Kamrussamad. 

Belajar dari krisis finansial global 2008, ujar dia, Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KKSK harus mengantisipasi banyak aspek.

Dari sisi eksternal, dia menambahkan, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan. 

“Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI),” kata Kamrussamad. (boy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler