Asap yang cukup tebal terlihat di atas bangunan reaktor nomor 3 pada PLTN tersebut
BACA JUGA: Publikasi Kekejian Serdadu AS di Afghanistan
Pihak berwenang maupun pemerintah Jepang menyatakan bahwa tekanan di reaktor itu sempat meningkat kemarinTokyo Electric Power Co (TEPCO), selaku operator PLTN itu, menyatakan bahwa pihaknya belum mengetahui tentang penyebab munculnya asap dari dua reaktor tersebut
BACA JUGA: Sisakan 4 Staf, KBRI Tripoli Tetap Buka
Dugaan kuat mengenai terjadinya kebakaran lagi di PLTN Fukushima Daiichi beredar luas setelah pemerintah Jepang mengklaim ada kemajuan dalam upaya mencegah bencana nuklir di lokasi.Menyusul insiden kebakaran tersebut, TEPCO langsung mengevakuasi sebagian pekerjanya
BACA JUGA: Koalisi Pertimbangkan Serbuan Darat untuk Taklukkan Kadhafi
Terdapat 300 insinyur yang bekerja di PLTN Fukushima Daiichi untuk membendung dampak terburuk bencana nuklir sejak tragedi Chernobyl, Ukraina, pada 1986.Para pekerja mendapatkan risiko tinggi terpapar radiasiTEPCO menolak menginformasikan berapa pekerjanya yang telah terkena radiasiHanya, perusahaan itu kemarin menyatakan bahwa para pekerja berisiko terpapar radiasi sedikitnya sebesar 100 milisieverts atau sama dengan level saat mereka bekerja dalam kondisi normal selama dua tahun.
Paparan radiasi 100 milisieverts pertahun merupakan tingkat terendah dimana risiko kanker bisa terjadiSeorang pekerja dilarikan ke rumah sakit karena mual dan lemas ketika membuka sejumlah katup di sebuah penampungan untuk mengurangi tekanan.
Dirjen Badan Energi Atom Internasional atau IAEA (badan PBB yang mengawasi nuklir) Yukiya Amano yang saat ini berada di Jepang menyatakan kemarin bahwa kini krisis nuklir di Negeri Matahari Terbit tetap sangat seriusTetapi, dia optimistis krisis nuklir itu akan teratasi.
"Saya memang tidak ragu bahwa Jepang akan mampu secara efektif mengatasi krisis tersebut," terang Amano"Kami juga melihat lampu (penyelesaian) dari krisis ini," tambah seorang pejabat Jepang mengutip pernyataan Perdana Menteri (PM) Naoto Kan secara terpisah.
Kendati begitu, Amano juga menilai ada hal yang perlu diwaspadai"Kami melihat risiko tinggi debu radioaktif terisap para pekerja di PLTNSejauh ini memang belum ada tanda-tanda bahwa hal itu telah terjadi," tuturnya.
Tetapi, berita soal kemajuan penanganan krisis nuklir dibayangi kekhawatiran mengenai penyebaran radioaktif ke atmosfer setelah makanan dan supai air terkontaminasi.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (badan PBB di bidang kesehatan) kemarin menyatakan bahwa radiasi pada makanan di Jepang ternyata lebih serius dibandingkan yang diduga sebelumnya"Situasinya jelas sangat serius," kata Peter Cordingley, juru bicara kantor regional WHO yang berpusat di Manila, Filipina, kepada Reuters via teleponPenyebaran radioaktif ternyata tidak hanya terbatas pada radius 20-30 km seperti perkiraan semula.
Kendati begitu, Cordingley menyebut bahwa tidak ada bukti makanan yang terkontaminasi dari Fukushima telah mencapai negara-negara lain.
Sementara itu, korban jiwa akibat gempa dan tsunami di Jepang terus bertambahKemarin Polisi Nasional Jepang (NPA) menginformasikan bahwa korban jiwa dalam tragedi tersebut telah melampaui 21 ribu orangKorban tewas yang dikonfirmasi sebanyak 8.450 orangLalu, 12.931 lainnya hilangPolisi memerkirakan lebih dari 15 ribu orang tewas di Prefektur MiyagiKerugian akibat bencana tersebut telah mencapai USD 250 miliar (sekitar Rp 2.250 triliun)Itu menjadikan bencana alam tersebut sebagai yang termahal dalam sejarah di dunia(Rtr/AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Serangan Koalisi Hancurkan Rumah Pribadi Kadhafi
Redaktur : Tim Redaksi