jpnn.com - JAKARTA - Puluhan penulis dari kalangan perempuan hadir di acara Wakil Rakyat Bicara Buku, yang digelar pada 1 Desember 2016 di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Komplek MPR/DPR/DPD, Jakarta.
Antara lain Bundo Free Hearty, Anitasa Dewi, dan Yossi. Mereka berduyun-duyun ke komplek parlemen, sebab acara yang digelar bertema Kajian Perempuan Malaysia-Indonesia Dalam Sastra.
BACA JUGA: Mabes Polri Masih Upayakan Buruh Tunda Demo
Pembicara utama dalam acara itu, anggota MPR dari Fraksi PKB, Krisna Mukti, mengatakan dengan tersenyum, dirinya merasa gugup kalau berada di tengah komunitas sastra.
“Sastrawan biasanya menggunakan bahasa canggih,” ujarnya.
BACA JUGA: Pesan Pimpinan MPR untuk Pengurus Baru Koordinatoriat Wartawan Parlemen
Lebih lanjut diungkapkan dirinya merasa senang bisa berada di tengah penyair, penulis novel, dan penggiat sastra lainnya.
Menyoroti tema yang ada, pria kelahiran Jakarta tahun 1969 itu mengatakan, kalau dilihat dari sejarah dan budaya, antara Indonesia dan Malaysia memiliki banyak persamaan.
BACA JUGA: Ketua MPR Ajak Sukseskan Aksi Super Damai 212
“Kita satu rumpun,” ujarnya. Dipaparkan banyak penyair, bintang film, penyanyi, dari negeri jiran yang dikenal di Indonesia. Ia menyebut penyanyi seperti Anita Sarawak, Sheila Madjid, Siti Nurhaliza, Search, sebagai penyanyi Malaysia yang popular di Indonesia.
Pun demikian penyanyi dan lagu Indonesia juga terkenal dan popular di negerinya Mahathir Muhammad itu.
Saling popular itulah yang disebut Krisna Mukti sebagai jalan untuk membangun sinergi melalui budaya.
Pria yang beberapa kali main sinetron itu ingat hubungan budaya kedua negara sudah terbina di tahun 1980-an. Pada waktu itu di TVRI ada acara Titian Muhibah.
Dalam program itu, artis Indonesia mengambil gambar di Malaysia, begitu sebaliknya. “Dengan acara yang digelar di Perpustakaan MPR membuat hubungan kedua negara semakin erat,” ujarnya.
Alumni Sastra Belanda UI itu mengakui peran sastrawan sangat penting. Di tengah keruwetan dalam dunia politik, sastrawan bisa mengademkan suasana. Untuk itu diharapkan dengan acara seperti ini keademan bisa berkembang luas.
Disampaikan kepada para sastrawan, sebagai wakil rakyat dirinya sedang memperjuangkan rancangan undang-undang kebudayaan.
Dengan adanya undang-undang itu, kelak ada anggaran buat kegiatan kebudayaan. Selama ini para sastrawan merasa dirinya kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Untuk itulah undang-undang itu penting adanya. “Kelak ada anggaran buat kegiatan sastra dan budaya,” paparnya.
Untuk itu, pria yang pernah menjadi presenter itu ingin menyerap aspirasi dari para sastrawan dan budayawan.
“Kalau ada aspirasi silahkan sampaikan,” ujarnya. Krisna Mukti bersyukur dengan adanya acara ini sehingga ada sinergi antara komunitas sastra dengan wakil rakyat.
“Dengan mendapat masukan dari para sastrawan dan budayawan akan membuat undang-undang kebudayaan akan semakin bagus,” ujarnya.
“Mudah-mudahan sastra Indonesia lebih maju, sastrawannya lebih sejahtera, dan membawa dampak masyarakat yang adil dan sejahtera,” tambahnya. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua MPR: Aksi Ramah Bukan Berarti Lemah
Redaktur : Tim Redaksi