jpnn.com, JAKARTA - Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, sebagai pihak ketiga dalam dinamika hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat (AS), tidak cukup hanya mengambil sikap nonpartisan.
Mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, pemerintah mestinya dapat proaktif dalam masalah ini.
BACA JUGA: Tiongkok Tangguhkan Dua Penerbangan Sriwijaya Air Gegara COVID-19
Dalam Global Town Hall 2020 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Marty menyebut strategi kebijakan luar negeri Indonesia, dan negara Asia pada umumnya, harus mempunyai tujuan tertentu, bukan hanya berharap agar terjadi hal terbaik.
"Ruang yang dapat diisi, atau nilai tambah yang dapat dibawa, oleh negara seperti Indonesia adalah bagaimana caranya dapat membantu menciptakan stabilitas di tengah rivalitas Tiongkok-AS," kata menlu era Presiden SBY itu.
BACA JUGA: Jepang Sentil Tiongkok soal Warga Muslim Xinjiang
"Dan lagi, negara seperti Indonesia tidak dapat hanya menyampaikan keprihatinan atau keluhan kita harus menawarkan rekomendasi kebijakan yang konkret. Dan bahkan bukan hanya untuk Tiongkok dan AS, namun juga dinamika bilateral di kawasan, seperti Tiongkok-India dan Tiongkok-Jepang," ujar Marty.
Ketegangan hubungan Tiongkok dan AS semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan sejumlah isu yang menjadi konflik antara keduanya, mulai dari perang dagang, penanganan pandemi COVID-19, politik Hong Kong dan Taiwan, etnis Muslim Tiongkok di Xinjiang, hingga sengketa di Laut China Selatan.
BACA JUGA: Perusahaan Tiongkok Pilih Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Jerman
Beberapa waktu yang lalu, Tiongkok dan AS sempat menggertak satu sama lain dengan saling unjuk kekuatan militer di perairan Laut Tiongkok Selatan--yang berpotensi berimbas pada keamanan regional.
Dalam sesi diskusi yang sama, Kevin Rudd, mantan perdana Menteri Australia, menambahkan bahwa negara-negara ketiga dalam hubungan Tiongkok-AS akan menghadapi tantangan geopolitik yang lebih kompleks seiring dengan terus bergeraknya dunia ke arah yang makin biner.
"Namun untuk dekade mendatang, saya kira menjadi sangat penting bagi negara-negara ketiga untuk memperbaiki kemungkinan ketegangan antara dua kekuatan besar, Tiongkok dan Amerika Serikat," kata Rudd. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil