Kronologi Lengkap Penembakan Mobil Penerobos Razia di Lubuklingau

Kamis, 20 April 2017 – 12:26 WIB
Hajat Mabrur Bujangga saat membesuk korban tertembak di RS Sobirin, Lubuklinggau, Rabu (19/4). Foto: ansyori malik sumeks/jpg

jpnn.com, LUBUKLINGGAU - Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryoto juga menjabarkan secara rinci kronologis insiden razia berdarah di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Menurut Kapolda, sekitar pukul 11.30 WIB, ada mobil Honda City Hitam BG 1488 ON yang melintas di saat gelar razia Cipta Kondisi di jalan Fatmawati, Kecamatan Lubuklinggaui Timur 1, Selasa (18/4) siang.

BACA JUGA: Brigadir K Tembak Mobil Penerobos Razia Pakai Senapan Serbu

Oleh personel yang melakukan razia, mobil tersebut disuruh berhenti untuk diperiksa. “Tapi, tidak ada tanda-tanda dari mobil tersebut untuk mengurangi kecepatan dan hampir menabrak 3 personil polisi,” kata Agung kepada Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) Rabu.

Mobil tersebut, lanjutnya, terus melaju. Personil sempat mencatat nopol mobil tersebut. Setelah di kroscek Samsat, kata Agung, ternyata nopol mobil tersebut tidak terdaftar di Sumsel.

BACA JUGA: Tito: Posisi Polisi Itu Ibarat Satu Kaki di Kuburan dan Satunya Lagi di Penjara

“Mobil itu seharusnya ber-flat B. Milik sebuah Yayasan di Jakarta,” katanya.

Karena mobil tersebut terus melaju, menerobos lampu merah, dan menyerempet salah satu mobil lainnya, menurut mantan kapolda Kalimantan Selatan, insting kepolisian dari personel bangkit.

BACA JUGA: Tegas! Begini Pernyataan Kapolri Soal Penembakan di Lubuklingau

Para personel menduga mobil tersebut ada kaitannya dengan pelaku 3 C (curat, curas, dan curanmor), sehingga dilakukan pengejaran.

Kata Agung, ada 5 personil yang melakukan pengejaran. Tiga personil naik mobil Mitsubishi Kuda. Salah satunya Brigadir K. Mobil tersebut disopiri anggota Polantas.

Dua lainnya naik sepeda motor. Namun, personel yang naik sepeda motor ini ketinggalan jauh.

Saat pengejaran, anggota sudah 10 kali memberikan tembakan peringatan. Namun, tidak digubris. Mobil sedan itu, kata Agung, baru bisa dihentikan di samping Bank Mandiri Unit Simpang Priuk.

Namun, lanjutnya, setelah mobil sedan tersebut berhenti, para penumpang yang ada di dalam mobil pun tidak mau turun saat diperintahkan untuk turun. Akhirnya, terjadilah penembakan tersebut oleh Brigadir K.

“Mungkin juga karena keadaan kaca yang gelap dan dinilai membahayakan. Jadi, anggota mengambil inisiatif untuk menembak,” terangnya.

Dari penembakan tersebut, ada 6 dari 8 penumpang yang menjadi korban. Masing-masing Dewi Erlina (40), warga Rejang Lebong, tertembak bahu kiri atas, Novianti (30), warga Lubuklinggau Timur I, tertembak pundak kanan. Genta (2), anak Novianti, tertembak kepala samping kiri.

Kemudian, Surini (54), warga Rejang Lebong (ibunda Dewi Erlina), meninggal dunia setelah mengalami tiga tembakan di dada. Lalu, Indrayani (33), warga Rejang Lebong, tertembak leher depan (kritis) dan dirujuk ke RSMH Palembang. Serta Diki (30), sopir, warga Rejang Lebong, tertembak di perut kiri. Sedangkan 2 penumpang lainnya, Sumarjono (S) dan Galih luput dari tembakan.

“Dari pemeriksaan terhadap 2 penumpang tersebut, saksi S mengatakan pada polisibahwa dirinya sempat menyuruh Diki (sopir, red), untuk berhenti dari saat razia. Tapi, sopirnya tidak mau dan terus melajukan mobilnya,” tukasnya.

Kata Agung, selaku pimpinan Polda Sumsel, dia tidak akan lepas tanggung jawab. Semua biaya pengobatan terhadap korban yang terluka, maupun yang meninggal dunia, menjadi tanggung jawab Polda Sumsel.

“Saya perintahkan Bid Dokkes Polda Sumsel untuk mengurusnya. Kapolres Lubuklinggau juga sudah saya perintahkan menemui keluarga korban meninggal dunia di Bengkulu. Kapolres sudah bertemu langsung dengan suami korban,” kata Agung.

Agung sendiri mengaku juga sudah menjenguk salah satu korban, Indrayani di RS Muhammad Hoesin Palembang.

“Kondisinya sudah sadar. Namun, sepertinya akan dioperasi dan dirawat intensif,” lanjutnya. “Selaku Kapolda, saya prihatin dan turun berduka atas kejadian ini. Terutama atas meninggalnya ibu Surini,” tegasnya.

Insiden ini, kata Agung, menjadi pelajaran penting bagi seluruh personel Polda Sumsel dan jajaran. Kata Agung, tes psikologi akan dilakukan lagi. Namun demikian, Agung memastikan akan terus melakukan operasi Cipta Kondisi.

Pria yang satu angkatan dengan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di Akpol 1987, ingin Sumsel makin kondusif. Terutama dari kejahatan 3 C. Lebih-lebih menjelang puasa, dan Asian Games XVIII-2018.

“Sejak digelar operasi Cipta Kondisi pada awal April lalu, kejahatan 3 C menurun drastis. Pelaku makin banyak yang tertangkap, bahkan ada yang sampai kena penegakan hukum tegas dan terukur,” pungkasnya. (vis)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Buang Air Kecil di Depan Rumah, Dor! Sopyan pun Bersimbah Darah


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler