jpnn.com, JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan insiden razia berdarah di Lubuklingau, Sumatera Selatan, memberi sebuah pelajaran berharga bagi kepolisian.
Belajar dari insiden itu, penting bagi anggota punya kemampuan membuat keputusan sebelum melakukan tindakan diskresi. Seorang polisi harus memiliki kemampuan penilaian subyektif yang tepat.
BACA JUGA: Tegas! Begini Pernyataan Kapolri Soal Penembakan di Lubuklingau
”Tindakan itu untuk menjaga keselamatan publik. Perlu untuk melakukan tindakan yang terukur dan tidak berlebihan,” tutur Kapolri kepada Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) hari ini.
Menurut tito, posisi seorang anggota polisi itu ibarat satu kaki di kuburan dan satu kaki di penjara. Bila, kurang cepat bertindak dalam bertugas, bisa saja meninggal karena jadi korban pelaku kejahatan.
BACA JUGA: Jenderal Tito Minta Semua Pihak Tunggu Hasil Resmi KPU
”Tapi, bila penilaian salah, ujung-ujungnya dihukum,” terangnya.
Dengan kondisi semacam itu, maka yang perlu dievaluasi adalah penilaian dari personel dalam mengambil keputusan saat bertugas. Terutama saat memutuskan diskresi.
BACA JUGA: Mabes Polri Langsung Turunkan Tim Usut Penembakan Mobil di Lubuklingau
Pada tingkatan pendidikan dan lapangan perlu coaching clinic dengan simulasi-simulasi berbagai kondisi gangguan keamanan.
”Untuk mengasah pengambilan keputusan sehingga lebih tepat,” ujarnya.
Saat ini, yang penting adalah memulihkan situasi. Terutama dengan keluarga korban dan masyarakat. ”Saya sudah perintahkan Kapolda Sumsel untuk memulihkan semuanya,” ungkap Tito.(wek)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolres: Satu Polisi Berpangkat Brigadir sedang Diperiksa Propam
Redaktur & Reporter : Budi