JAKARTA – Kampanye tentang Pilpres satu putaran yang dilakukan kubu pasangan SBY-Boediono terus mendapat cibiranSejumlah pengamat menilai hal itu dikarenakan kurang cerdasnya kubu SBY-Boediono dalam mengelola isu untuk menghadapi dua penantangnya.
Pemerhati komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, menilai kampanye pilpres satu putaran yang disuarakan kubu pasangan SBY-Boediono justru akan kontra produktif
BACA JUGA: Target SBY Terkendala Bencana
“Ini bentuk kampanye yang kurang cerdas karena memberikan kesan kepada publik pasangan ini sebagai pasangan yang arogan,” ujar Effendi saat hadir pada paparan hasil survey Sugeng Sarjadi Syndicate di Jakarta, Sabtu (13/6).Menurutnya, melihat pentingnya pencitraan seharusnya kubu pasangan SBY-Boediono melakukan kampanye yang menyerang
BACA JUGA: Mega-Prabowo Galang Kontrak Politik
"Para capres akan terjebak dalam iklan-iklan politik yang kosong karena waktunya terbatasMeski demikian Effendi juga menyarankan agar pasangan capres tetap bersikap elegan
BACA JUGA: Mega dan JK Berebut Tiket Putaran Kedua
“Dan serangan itu harus diperkuat data,” tandasnya.Sedangkan pengamat ekonomi dari ECONIT, Hendri Saparini menilai kampanye piplres satu putaran dilontarkan karena kubu pasangan SBY-Boediono sudah kerepotan menghadapi tudingan neo-liberalMenurut Saparini, isu neo liberal tidak bisa dipandang remeh kubu SBY-Boediono
Perempuan yang selalu tampil berjilbab ini mengatakan, isu neo-liberal bisa menjadi senjata ampuh bagi pesaing SBY-Boediono. “Mungkin awalnya Pilpres 2009 diprediksi tak berbeda jauh dengan Pilpres 2004Tetapi setelah Pak SBY memilih Pak Boediono, muncullah isu neoliberal dan ini sudah di luar dugaan," ulas Saparini.
Menurutnya, Pilpres kali ini adalah pertarungan mengelola isu ekonomi"Jadi pasangan capres dan cawapres yang bisa mengelola isu ekonomi ini dengan benar, bakal menang,” tukasnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prabowo Beri Klarifikasi Soal Kerusuhan Mei
Redaktur : Tim Redaksi