Kulit Singkong dan Tape Kedaluwarsa Bisa Jadi Pakan Ternak, Bagaimana Caranya?

Rabu, 23 November 2022 – 23:38 WIB
pelatihan pembuatan pakan ternak alternatif ini kepada karyawan dan pengusaha tape merek Tape 57 di Desa Sumber Tengah, Binakal, Bondowoso. Foto: dokumentasi Universitas Jember

jpnn.com, JEMBER - Universitas Jember (UNEJ) memberikan alternatif bagi pelaku usaha untuk memanfaatkan kulit singkong dan tape kedaluwarsa (tape afkir) sebagai pakan ternak.

Terlebih, untuk daerah penghasil limbah industri dari kulit singkong dan tape afkir seperti Bondowoso.

BACA JUGA: Odicoff yang Digelar Kementan Berhasil Tingkatkan Ekspor Suplemen Pakan Ternak

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kuantitas singkong menjadi limbah pertanian ketiga terbesar di Indonesia setelah limbah padi dan jagung.

Secara umum produksi tahunan singkong nasional mencapai 21,5 juta ton. Dari jumlah tersebut 16 persennya bakal menjadi limbah berupa kulit singkong.

BACA JUGA: Mentan Syahrul Jamin Stok Jagung untuk Pakan Ternak Aman

Menurut dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Jember kampus Bondowoso Himmatul Khasanah, kulit singkong tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak bermutu, termasuk memanfaatkan tape afkir.

“Jika diolah akan memberikan potensi tambahan penghasilan bagi pengusaha tape dan mendukung keberadaan Bondowoso sebagai kabupaten penghasil ternak utama di Jawa Timur,” ucap Himmatul dalam keterangannya, Selasa (22/11).

BACA JUGA: Kementan Pastikan Produksi Jagung Surplus, Sehingga Pasokan Pakan Ternak Stabil

Berbagai kegiatan dilakukan UNEJ untuk meningkatkan awareness di kalangan pelaku usaha, salah satunya dengan memberikan pelatihan pembuatan pakan ternak alternatif ini kepada karyawan dan pengusaha tape merek Tape 57 di Desa Sumber Tengah, Binakal, Bondowoso.

“Kami berharap pakan ternak dari limbah kulit singkong ini bisa menjadi alternatif. Sebab, dalam observasi kami pakan ini mudah dicerna oleh ternak. Sekaligus mengurangi limbah kulit singkong dan memanfaatkan tape afkir,” kata dia.

Dia menjelaskan, kulit singkong dan tape afkir perlu diolah terlebih dahulu dan tidak boleh diberikan begitu saja kepada ternak.

Hal ini lantaran dalam kulit singkong mengandung asam sianida yang dapat memabukkan dan berbahaya bagi ternak jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.  

“Kedua, perlu pengolahan lanjut untuk meningkatkan nutrisi yang ada dalam kulit singkong, caranya dengan menggunakan aplikasi teknologi fermentasi dengan starter mikroorganisme yang membantu perombakan struktur bahan pakan dan nilai nutrisinya,” kata dia.

Uniknya, mikroorganisme yang akan digunakan dalam proses fermentasi berasal dari tape afkir yang merupakan hasil samping industri tape.

Mikroorganisme jenis ini dalam dunia pakan ternak disebut sebaga Mikroorganisme Lokal (MOL). Contoh mikroorganisme berupa bakteri yang terlibat dalam pembuatan tape adalah bakteri jenis Bacillus yang mampu menghasilkan amylase yang melakukan tugas fermentasi amilum di tape menjadi gula atau glukosa.

“MOL ini yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, termasuk dapat meningkatkan kualitas bahan pakan melalui fermentasi,” tambahnya. (mcr4/jpnn)


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler