jpnn.com, KARAWANG - Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdar) Alipbata Muara Gembong Bekasi Sonhaji menuturkan hingga saat ini dampak tumpahan minyak di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, belum merembet pada kunjungan wisatawan ke hutan mangrove.
Bahkan kata Sonhaji, jumlah pengunjung hutan mangrove masih seperti biasa, tidak mengalami perubahan.
BACA JUGA: Tumpahan Minyak di Karawang Bawa Berkah bagi Nelayan Setempat
“Masih standar. Karena kunjungan (wisatawan ke hutan mangrove-red) memang hanya sekitar 100-150 orang per minggu. Dengan demikian, yang terdampak memang hanya mangrove,” kata Sonhaji saat dihubungi.
Diakui Sonhaji, mangrove di Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong Kabupaten Bekasi terdampak minyak, namun Pertamina cepat menangani dan segera melakukan pencegahan agar dampak tidak semakin luas.
BACA JUGA: Menhub Perintahkan Dirjen Laut Bantu Tangani Tumpahan Minyak Karawang
“Ada minyak yang menempel di daun mangrove sehingga agak layu. Saya tidak bicara kerusakan atau kematian mangrove, karena selama ini saya tidak melihat itu,” ujarnya.
Dikatakannya, mangrove terdampak karena ada abrasi, ketika pasang, air laut bisa sampai ke pemukiman.
BACA JUGA: Ribuan Personel Dikerahkan untuk Bantu Menanggani Tumpahan Minyak di Karawang
"Karena masih berukuran 1-2 meter, maka kalau air pasang, mangrove juga tertutup air," lanjutnya.
Menurut Sonhaji, sejauh ini Pertamina telah bertanggung jawab menyikapi dampak tersebut, hal itu terlihat BUMN itu tanggap terhadap laporan Pokdarwis Alipbata dan langsung memasang waring serta bambu untuk penanggulangan sementara terhadap hutan mangrove sekitar 30 hektar tersebut.
"Biaya pemasangan sepenuhnya ditanggung Pertamina. Tidak hanya dalam penyediaan peralatan dan bahan, namun juga upah tenaga kerja yang umumnya memberdayakan anggota Pokdarwi Alipbata sendiri. Pertamina memberi upah sebesar Rp150 ribu per orang per hari," katanya.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemberdayaan Nelayan Karawang Sudah Sesuai UU
Redaktur & Reporter : Yessy