Kunjungi Marawi, Presiden Duterte Bagi-Bagi Arloji

Sabtu, 22 Juli 2017 – 06:59 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (depan) saat mendarat di Cagayan de Oro Airport, Mindanao. Foto: AFP

jpnn.com, MARAWI - Presiden Rodrigo Duterte akhirnya berhasil menginjakkan kakinya di Kota Marawi, Kamis (20/7), setelah dalam tiga kali kesempatan sebelumnya gagal.

Kedatangan pemimpin 72 tahun itu tidak diketahui banyak orang. Bahkan, para jurnalis yang bertugas meliput krisis di ibu kota Provinsi Lanao del Sur tersebut juga tidak banyak yang tahu.
Dengan mengenakan baju doreng dan sepatu bot, Duterte tiba di Kamp Ranao sekitar pukul 14.00 waktu setempat.

BACA JUGA: Panas! Presiden Minta Status Darurat Militer Diperpanjang

Dia didampingi beberapa anggota kabinet. Di antaranya, Penasihat Keamanan Nasional Hermogenes Esperon, Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana, dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Eduardo Ano. Begitu turun dari helikopter, Duterte menemui tentara-tentara di kamp tersebut.

”Presiden Duterte memuji para serdadu yang gigih bertempur di garis depan meskipun mereka tahu bahwa musuh yang dihadapi adalah teroris berbahaya,” kata Letkol Jo-Ar Herrera, jubir Joint Task Force Marawi. Tidak sekadar menyapa para personel militer yang mempertaruhkan nyawa di Marawi, Duterte juga memberikan hadiah kepada mereka. Misalnya, jam tangan alias arloji.

BACA JUGA: Jet Tempur Militer Filipina Salah Sasaran, Dua Tentara Tewas, 11 Luka

Herrera menyebut kedatangan dan apresiasi positif Duterte itu sebagai suntikan semangat bagi pasukannya. Sebab, meskipun militan Maute yang menguasai Marawi dilaporkan kian tersudut, pertempuran masih terus terjadi di sana. ”Dengan mengunjungi kami di kamp militer ini, kami sadar bahwa presiden sangat peduli kepada kami. Dia menunjukkan dukungannya secara langsung lewat kunjungannya,” ungkapnya.

Kamis siang itu, Duterte khusus berkunjung ke Kamp Ranao yang menjadi basis utama pertahanan militer Filipina di Marawi. Jarak kamp itu dengan palagan yang menjadi arena pertempuran militan dan militer Filipina berkisar 3 kilometer. Setelah berinteraksi dengan para serdadu, mantan wali kota Davao itu lantas memeriksa sekitar 400 senjata api yang disita militer dari tangan militan.

BACA JUGA: ISIS di Irak Keok, Polri Makin Waspada

Duterte berada di kamp yang terletak tidak jauh dari pusat kota itu selama empat jam. Desing peluru dan suara ledakan beberapa kali terdengar dari kamp tersebut selama kunjungan singkat sang presiden. Namun, Duterte yang Kamis itu menyelipkan pistol di pinggangnya sama sekali tidak takut. Sebagai mantan wali kota yang disebut-sebut mengepalai Death Squad Davao, dia terbiasa mendengar suara tembakan.

”Presiden tidak bersedia mengambil risiko dalam kunjungan ini. Beliau mengabaikan keselamatan dirinya hanya agar bisa dekat dengan orang-orang terbaiknya yang tidak lelah berjuang sampai hari ini,” ujar Ano. Di hadapan para serdadu yang masih bertahan setelah memerangi militan selama sekitar dua bulan itu, Duterte mengucapkan terima kasih atas dedikasi mereka.

Sebelum akhirnya mengunjungi Marawi, Duterte telah melayangkan surat ke Kongres Filipina terkait status darurat di kawasan muslim tersebut. Dalam surat tujuh lembar itu, dia menyatakan bahwa status darurat masih perlu diterapkan di Marawi. Sebab, meskipun Maute kian lemah, ancaman teror dari kelompok-kelompok lain masih sangat nyata.

”Kelompok-kelompok radikal sudah siap mengaktifkan kembali jaringan Isnilon Hapilon dan melancarkan serangan-serangan balasan,” tulis Duterte. Intelijen militer Filipina melaporkan bahwa Hapilon sudah menyebar orang-orangnya di beberapa kota besar di Kepulauan Mindanao. Pentolan Abu Sayyaf Group itu bahkan sudah mengirimkan dana ke berbagai kelompok radikal untuk membiayai serangan.

Sejauh ini, pertempuran di Marawi sudah makan banyak korban dari kubu militer. Sedikitnya 99 serdadu tewas dalam pertempuran sengit dengan militan. Sedangkan 900 personel militer yang lain terluka saat menjalankan tugas. Namun, jumlah korban sipil jauh lebih banyak. Kabarnya, tidak kurang dari 565 penduduk Marawi tewas dalam pertempuran. Sebanyak 500 ribu lainnya mengungsi ke kota lain.

Meskipun Amerika Serikat (AS) dan Australia telah mengirimkan pesawat pengintai dan Tiongkok memasok senjata untuk militer, perlawanan militan belum benar-benar padam. Krisis yang masih mencengkeram Marawi itu membuat Duterte berencana memperpanjang status darurat militer di sana. Kepada Kongres, dia menyatakan bahwa status darurat militer bakal diterapkan selama minimal 60 hari lagi. (AFP/Reuters/inquirer/philstar/hep/c21/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Ogah Terima Ajakan Berdamai


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler