Kurang Apa Lagi Gatot Nurmantyo

Minggu, 08 Oktober 2017 – 13:04 WIB
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah tudingan mengarah kepada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, yang dianggap berpolitik praktis dan mencari popularitas untuk Pilpres 2019.

Namun, Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago memandang Gatot selama ini tidak berpolitik praktis. “Kalau saya lihat Gatot tidak ada indikator berpolitik praktis. Kalau berpolitik untuk negara, mungkin,” kata Pangi saat dikonfirmasi JPNN, Minggu (8/10).

BACA JUGA: Gatot dan Tito Dekati Ulama, SMI Tarik Pajak

Dosen ilmu politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini melihat Gatot sangat tunduk pada supremasi sipil dan patuh kepada pemerintahan yang sah.

Karena itu, Pangi menyatakan, pidato Presiden Joko Widodo saat HUT TNI ke 72 di Cilegon, Banten, yang menyindir agar tentara tunduk pada pemerintahan yang sah merupakan sindiran yang tidak meneduhkan dan kurang pas serta saling menyalahkan. Terbukti, kata Pangi, selama ini Gatot tidak berpolitik praktis.

BACA JUGA: Fadli Zon: Mayoritas Rakyat Indonesia Ingin Presiden Baru

“Kalau kemarin Gatot jadi prajurit revolusioner atau pretorian, mengapa hantu kudeta yang dituduhkan dan dicurigai ke beliau tidak terbukti?” ungkap Pangi.

Faktanya, dia menegaskan, Gatot tidak mau main mata atau melakukan kudeta. “Kurang loyal dan kurang patuh di mana panglima? Beliau setia menjaga Jokowi,” kata pria kelahiran Sijunjung, Sumatera Barat, yang karib disapa Ipang ini.

BACA JUGA: Hasto Ingatkan Kader Waspada Isu Negatif yang Jatuhkan PDIP

Menurut dia, kalau memang waktu itu TNI naluri politiknya muncul, pasti sudah melakukan kudeta di saat pemerintah sipil dianggap gagal menciptakan pemerintahan yang efisien alias silang sengkarut.

“Biaya prajurit pretorian turun gunung dan mengambil panggung politik, apabila sipil dianggal gagal menciptakan pemerintahan yang efektif, namun TNI setia bersama rakyat menjaga demokrasi dan NKRI,” paparnya.

Lebih jauh dia mengatakan reformasi militer sudah sepenuhnya melepaskan diri sebagai tentara politik. Kemudian balik ke barak dan setia menjaga keamanan serta tunduk pada supremasi sipil.

“Kalau mau berpolitik praktis harus pensiun dini atau setelah pensiun baru bisa berpolitik karena TNI pascareformasi resmi menjadi prajurit profesional. Kalau Gatot berpolitik real, ya kudeta. Namun kan tidak (kudeta),” katanya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Manuver Panglima TNI Tak Bernuansa Politik


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler