Kurikulum Merdeka: Layak Menjadi Kurikulum Nasional

Sabtu, 23 Maret 2024 – 17:51 WIB
Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara Jakarta Odemus Bei Witono. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com - Meskipun masih dipenuhi dengan keraguan yang melingkupi masyarakat, penilaian terlalu negatif terhadap kelayakan Kurikulum Merdeka (Kumer) sebagai sebuah sistem komprehensif yang mengatur materi pembelajaran untuk skala nasional adalah tidak hanya wajar, tetapi juga merupakan sebuah kesalahan penilaian.

Kumer telah dirancang dengan matang, memperhitungkan beragam aspek yang menetapkan standar ideal untuk kurikulum yang dapat diterapkan secara luas di seluruh masyarakat.

BACA JUGA: Navigasi Pendidikan Setelah Pemilu 2024

Dengan jajaran acuan yang cermat, Kumer tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pendidikan yang beragam, tetapi juga mampu memberikan jawaban konkret terhadap tantangan-tantangan pendidikan yang kompleks dan beragam.

Sekolah-sekolah tidak seharusnya ragu untuk mendukung Kurikulum Merdeka ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sejarah bangsa.

BACA JUGA: Tantangan Implementasi Model Kompetensi Kepala Sekolah di Indonesia

Kumer menjadi inovasi yang signifikan dalam merombak paradigma proses pembelajaran yang berdampak langsung pada hasil yang dihasilkan.

Penerapan Kumer tidak hanya mendorong peningkatan kualitas akademis, tetapi juga memperkuat pembentukan karakter siswa. Proses penguatan karakter ini dapat diperkuat melalui implementasi pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan untuk memperkuat profil siswa dalam menginternalisasi nilai-nilai Pancasila.

BACA JUGA: Polemik Pemanfaatan Pengelolaan Dana Abadi Kebudayaan

Argumen yang mendukung kenapa Kumer layak diadopsi dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, Kumer terbukti efektif dalam menghadapi tantangan terberat bangsa, terutama selama masa pandemi yang memunculkan situasi sulit.

Kedua, profil pelajar Pancasila yang diintegrasikan dalam Kumer sesuai dengan karakter pendidikan yang menghargai nilai-nilai luhur yang telah menjadi bagian dari budaya turun-temurun bangsa ini.

Ketiga, dalam Kumer, pentingnya kemampuan berpikir kritis dan pembelajaran yang bermakna ditekankan dengan serius. Hal ini karena esensi pendidikan sejati sebenarnya terletak di sana.

Melalui Kumer, siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan mampu merenungkan serta merefleksikan apa yang mereka pelajari.

Keempat, Kumer terbukti memberikan dampak positif bagi sekolah yang menerapkannya dengan sungguh-sungguh, di mana budaya literasi dan numerasi meningkat meskipun skor PISA secara nasional menunjukkan penurunan karena Kumer masih berada dalam masa transisi.

Jika penerapan Kumer ini diberikan dukungan sepenuhnya oleh masyarakat dalam lima tahun ke depan, diyakini bahwa indeks PISA kita akan meningkat.

Keyakinan ini muncul karena dalam Kumer, literasi dan numerasi sesuai standar PISA juga menjadi fokus utama untuk dikembangkan dan diterapkan dalam aktivitas pembelajaran sehari-hari.

Kelima, Kumer, bersama dengan komunitas belajar, berupaya memahami pencapaian, alur, dan tujuan pembelajaran dengan baik. Hal ini memastikan bahwa pencapaian yang diharapkan dalam proses pembelajaran dapat dievaluasi secara akurat.

Namun, syarat utama bagi keberhasilan ini adalah keberadaan komunitas belajar yang benar-benar aktif dan didorong secara berkelanjutan oleh dukungan pemerintah serta pihak-pihak berkepentingan dalam masyarakat.

Keenam, Kumer menginspirasi guru dan murid untuk mengembangkan kreativitas mereka. Di era ini, anak-anak membutuhkan pendekatan pembelajaran seperti Kumer yang memberi mereka kebebasan untuk mengekspresikan kreativitas mereka.

Penggunaan perangkat pembelajaran berbasis proyek di sekolah menjadi salah satu sarana yang efektif untuk merangsang potensi kreatif anak-anak.

Ketujuh, Kumer mendorong para guru untuk meningkatkan keterampilan keras (hard skills) dan lunak (soft skills) mereka sebagai pendidik.

Hal ini tercermin dalam tuntutan Kumer yang mengharuskan pendidik untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran yang tidak konvensional. Guru dalam Kumer menjadi mentor yang dinamis dan dapat menginspirasi siswa yang mereka layani.

Kedelapan, Kumer, jika dipahami dengan baik, dapat membentuk pola pikir pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Proses percepatan pembelajaran dapat terjadi melalui tahapan-tahapan yang tersedia. Percepatan di sini tidak berarti mempercepat langkah-langkah dalam pendidikan, tetapi lebih pada meningkatkan pemahaman dan daya serap materi pembelajaran.

Kesembilan, Kumer tidak hanya mengurangi beban belajar bagi para siswa, tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk belajar dengan lebih bersukacita.

Dengan memberikan ruang gerak lebih besar dalam proses pembelajaran, Kumer menghadirkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi para siswa.

Mereka tidak lagi terbebani oleh tekanan akademis yang berlebihan, namun sebaliknya, mereka didorong untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka dengan lebih bebas.

Dalam lingkungan pembelajaran yang mendukung, kreativitas dan semangat eksplorasi anak-anak dapat berkembang dengan lebih baik, menciptakan suasana belajar yang penuh inspirasi dan kegembiraan.

Kesepuluh, Kumer juga menawarkan sebuah pendekatan pembelajaran yang mudah dipahami dan dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan serta kebutuhan masing-masing sekolah.

Dengan beragam pilihan implementasi seperti Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi,

Kumer memberikan fleksibilitas bagi sekolah-sekolah untuk menyesuaikan kurikulum dengan konteks lokal mereka. Hal ini menciptakan peluang bagi sekolah untuk berinovasi dan berbagi pengalaman serta praktik terbaik dalam pembelajaran.

Sebagai catatan akhir, penting untuk diakui bahwa Kurikulum Merdeka (Kumer) tidak hanya berfungsi sebagai alat pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai katalisator dalam menciptakan komunitas pembelajaran yang kolaboratif dan inklusif di seluruh negeri.

Melalui pendekatan yang memperhatikan beragam kebutuhan dan potensi individu, Kumer mendorong terciptanya lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa dan pendidik untuk saling mendukung dan belajar bersama.

Dalam konteks demikian, implementasi Kumer secara nasional bukan sekadar suatu kebijakan kurikulum, tetapi juga sebuah langkah strategis yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dengan memperhatikan kesepuluh alasan yang telah disampaikan sebelumnya, menjadi semakin jelas bahwa implementasi Kumer secara nasional merupakan langkah yang layak dan penting.

Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, Kumer memberikan fondasi yang kuat untuk transformasi pendidikan menuju arah yang lebih inklusif, inovatif, dan adaptif.

Namun, keberhasilan implementasi Kumer tidak hanya tergantung pada kebijakan pemerintah atau peran sekolah saja, melainkan juga memerlukan kerja sama dan komitmen bersama dari semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, termasuk guru, siswa, orang tua serta stakeholder lainnya.

Dengan kolaborasi yang kuat dan semangat yang sama, impian akan pendidikan yang lebih baik dan merata bagi semua anak bangsa dapat terwujud.(***)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler