Kurs Rupiah Hari Ini Melemah, Mendekati Rp 14.000 per USD

Senin, 23 April 2018 – 15:13 WIB
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kurs rupiah hari ini (23/4) kembali mengalami pelemahan hingga menyentuh level Rp 13.900 per USD.

Ketua Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengaku ketar-ketir. Lantaran, pelemahan ini mempengaruhi harga bahan baku yang diimpor dari luar negeri dengan mata uang Dolar AS.

BACA JUGA: Kurs Rupiah Melemah, Mendag: Saya Tidak Takut

"Ada pengaruh ke bahan baku dan kedua, energi," ujar Adhi ditemui di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (23/4).

Adhi menilai kurs rupiah saat ini masih diambang batas toleransi. Titik kritisnya adalah apabila menyentuh level Rp 14.000 per USD. Dia menjelaskan, para pelaku usaha Mamin mengharapkan Rupiah tidak bergerak terlalu drastis, sebab hal itu akan mempengaruhi perencanaan tahunan yang telah dibuat.

BACA JUGA: Kurs Rupiah Mengalami Pelemahan Lumayan Dalam

"Jangan naik, jangan turun terlalu drastis. Kita sudah punya banyak kontrak dengan pembeli luar negeri juga tahunan. Kalau tiba-tiba melonjak naik itu kan agak repot juga," jelasnya.

Dia menambahkan, tahun lalu neraca perdagangan mamin mengalami defisit sekitar USD 1,3 miliar. Tapi, kata Adhi, secara keseluruhan kinerjanya masih positif, termasuk yang semi olahan dengan penyumbang terbesar yaitu olahan dari sawit.

BACA JUGA: Utang Pemerintah Bertambah, Bamsoet Minta BI Jaga Rupiah

"Kalau keluarkan (ekspor) sawit memang negatif (harganya), tapi kalau dengan sawit (neracanya) masih (bisa) positif," lanjutnya.

Adhi mengatakan kinerja perdagangan Mamin seharusnya bisa seimbang. Apabila tinggi impor bahan baku dapat ditutup dengan tingginya ekspor bahan mamin jadi. Salah satu yang diandalkan industri Mamin Indonesia adalah biskuit hingga susu cair.

Sayangnya, meski biskuit jadi andalan namun bahan bakunya adalah gandum. Saat ini, Indonesia masih harus mengimpor gandum. Begitupun dengan susu cair, di mana dalam negeri masih harus mengimpor gula rafinasi.

"Biskuit kan bahan bakunya gandum, mau enggak mau. Gula kan juga impor. Itu tidak bisa dihindari tapi sementara masih terkendali," tutur Adhi.

Saat ini, katanya, pelaku industri sedang mencari cara bagaimana dapat meningkatkan nilai ekspor produknya supaya tidak mengalami kerugian yang amat dalam ketika dolar makin perkasa. Artinya, pelaku industri sudah mulai melihat global value chain antara bahan baku yang diimpor dengan produk yang dihasilkan ke pasar ekspor. (uji/JPC)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelemahan Rupiah Berpotensi Naikkan Harga BBM


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler